Makalahini dibuat bertujuan untuk : 1) Menjelaskan pengertian konflik sosial 2) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab konflik sosial 3) Menganalisis dampak yang muncul
Konflikdalam masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu: 1. Berdasarkan Sifatnya a. Konflik destruktif Merupakan konflik yang membawa akibat kurang
LewisA Coser lahir di Berlin, tahun 1913. Ia memusatkan perhatiannya pada kebijakan sosial dan politik. Pasca Perang Dunia II, tamatan Universitas Columbia (1968) ini mengajar di Universitas Chicago dan Universitas Brandeis tempat dimana dia dinobatkan gelar guru besar.
Menurutwikipedia Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Contoh makalah konflik masyarakat dan hutan. Potensi hutan adat di Riau teridentifikasi seluas 300000 Ha dan mungkin saja tumpang
Bentrokantarkelompok masyarakat, dan konflik antarsuku bangsa. g. Munculnya akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak. teknologi baru yang manfaatnya cepat dirasakan dan mudah dioperasikan, misalnya kebudayaan pertanian makalah tentang konflik sosial. Abi Que. skripsi sosiologi sastra. Setyawati Ayu W. Sosiologi Sastra PDF.
judulKonflik Sosial pada Masyarakat Melayu Patanidi Thailand Selatan”adalah tentang latar belakang dan penyelesaian konflik sosial yang terjadi antara Pemerintahan Thailand dan etnis Melayu Patani. B. Alasan Memilih judul Ada beberapa alasan mengapa penulis tertarik dan memilik judul ini: 1. Alasan objektif
gEJemC. Makalah ini dibuat untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pola interaksi dan dampak serta tanggapan masyarakat lokal terkhusus di kelurahan kalampangan, kecamatan sabaru, palangkaraya,kalimantan tengah terhadap masayarakat pendatang / transmigarasi, dengan mengedepankan pemahaman filosofi Huma Betang. Hasil dari makalah ini yaitu pola interaksi dan tanggapan masyarakat setempat bisa dikatakan cukup baik dalam artian masyarakat lokal dan pendatang mampu bekerjasama untuk membangun daerah tersebut, terlebih lagi dalam sektor pertanian dan peternakan. Sebagai bentuk dampak positif yang dihasilkan yaitu Desa Kalampangan cukup dikenal sebagai desa pemasok hasil pertanian dan sayuran yang sukses/ berhasil bagi Palangkaraya. Filosofi huma betang merupakan salah satu dasar bagi orang dayak dalam menjalin hubungan sosial dimana memiliki pemahaman asas kebersamaan baik itu dengan sesama ataupun orang lain. Sebagai masyarakat yang beragam sulit pula dikatakan akan minim konflik, namun hal ini bisa diminimalisir dengan adanya interaksi dan komunikasi sosial yang baik baik itu antara masyarakat lokal ataupun masyarakat pendatang. Namun masyarakat pendatang dan masyarakat lokal dapat berkolaborasi untuk membangun daerah setempat, Keberagaman adalah salah satu bagian besar bagi indonesia dimana masyarakat indonesia yang terkenal akan multikulturalnya baik itu agama, suku, budaya dan ras, saran dari penulis yaitu perkuat pemahaman akan jiwa nasionalisme sehingga akan sangat membantu dalam memahami dan menghargai antar sesama ataupun orang lain dan tidak memunculkan perpecahan ataupun pertikaian. Jika suatu saat terjadi suatu konflik ataupun sebagainya hendaknya dirundingkan secara kekeluargaan terlebih dahulu. Kata kunci Interaksi, Dampak, dan Tanggapan serta Saran Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MAKALAHINTERAKSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP MASYARAKATPENDATANG DALAM FILOSOFI HUMA BETANG KALIMANTAN TENGAH DIKELURAHAN KALAMPANGANDisusun Oleh Nama Cris Aditya PratamaNIM GAB 117 041FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS PALANGKA RAYAPALANGKA RAYA2020 ABSTRAK Makalah ini dibuat untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana polainteraksi dan dampak serta tanggapan masyarakat lokal terkhusus di kelurahankalampangan, kecamatan sabaru, palangkaraya,kalimantan tengah terhadapmasayarakat pendatang / transmigarasi, dengan mengedepankan pemahamanfilosofi Huma Betang. Hasil dari makalah ini yaitu pola interaksi dan tanggapanmasyarakat setempat bisa dikatakan cukup baik dalam artian masyarakat lokaldan pendatang mampu bekerjasama untuk membangun daerah tersebut, terlebihlagi dalam sektor pertanian dan peternakan. Sebagai bentuk dampak positif yangdihasilkan yaitu Desa Kalampangan cukup dikenal sebagai desa pemasok hasilpertanian dan sayuran yang sukses/ berhasil bagi Palangkaraya. Filosofi humabetang merupakan salah satu dasar bagi orang dayak dalam menjalin hubungansosial dimana memiliki pemahaman asas kebersamaan baik itu dengan sesamaataupun orang lain. Sebagai masyarakat yang beragam sulit pula dikatakan akanminim konflik, namun hal ini bisa diminimalisir dengan adanya interaksi dankomunikasi sosial yang baik baik itu antara masyarakat lokal ataupun masyarakatpendatang. Namun masyarakat pendatang dan masyarakat lokal dapatberkolaborasi untuk membangun daerah setempat, Keberagaman adalah salahsatu bagian besar bagi indonesia dimana masyarakat indonesia yang terkenalakan multikulturalnya baik itu agama, suku, budaya dan ras, saran dari penulisyaitu perkuat pemahaman akan jiwa nasionalisme sehingga akan sangatmembantu dalam memahami dan menghargai antar sesama ataupun orang laindan tidak memunculkan perpecahan ataupun pertikaian. Jika suatu saat terjadi suatu konflik ataupun sebagainya hendaknyadirundingkan secara kekeluargaan terlebih kunci Interaksi, Dampak, dan Tanggapan serta Sarani DAFTAR ISIABSTRAK............................................................................................................. iDAFTAR ISI........................... .............................................................................. iiKATA PENGANTAR............................................................................................ iiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2C. Tujuan............................................................................................................ 2BAB II PEMBAHASANA. Landasan Teori.............................................................................................. 3B. Uraian Materi................................................................................................. 5 Toleransi keberagaman di kelurahan kalampangan kalimantan tengah.................................................................................. 5 Dampak keberagaman dari orang-orang pendatang non-daerah setempat............................................................................. 8C. Solusi.......................................................................................................... 10BAB III PENUTUPA. Kesimpulan................................................................................................ 11B. Saran......................................................................................................... 11DAFTAR PUSTAKAKATA PENGANTAR2 Puji dan syukur saya ucapkan kepada TUHAN Yang Maha Esa, atas berkat danlimpahnya penulis masih diberikan kesehatan dan kekuatan untuk dapatmenyelesaikan penulisan makalah ini dengan Tema Keberagaman guna untukmemenuhi tugas mata kuliah Reformasi Administrasi selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mempunyaikekurangan, oleh karena itu masukan ataupun kritik dan saran yang membangundari pembaca sangat dinantikan dan diperlukan guna untuk menyempurnakanmakalah ini saya meminta maaf yang sebesar-besarnya, jika didalam penulisanterdapat kesalahan dalam pemilihan kata, penulisan ataupun pengetikan yangkurang berkenan di hati pembaca sekalian. Demikian semoga makalah ini 3 BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang kaya akankeberagaman baik itu suku, agama, ras, dan lain sebagainya. Mengutippengertian keberagaman menurut dinas pendidikan dan kebudayaanRepublik Indonesia dimana keberagaman merupakan suatu kondisi di dalammasyarakat yang terdapat banyak perbedaan didalam berbagai bidang baikitu suku, agama, ras, jenis kelamin, dan sebagainya. Negara indonesia jugamerupakan suatu negara yang terdiri dari banyak penduduk, jadi tidakmenutup kemungkinan peduduk yang tinggal pada suatu daerah bisaberpindah-pindah dalam artian melakukan perpindahan penduduk dari suatutempat ke tempat lainya dan menetap dalam waktu yang cukup lama, baikitu untuk mencari pekerjaan ataupun sebagainya. Biasanya mereka inidisebut dengan pendatang oleh warga setempat. Kehadiran para pedatang ini memberikan keberagaman disuatudaerah baik itu suku,agama, dan lain sebagainya. Sebagai contoh sepertijudul yang diangkat penulis kali ini yaitu mengenai orang pendatang yangberada di Kalimanatan Tengah. Kalimantan Tengah itu sendiri seperti yangkita ketahui suku aslinya yaitu Suku Dayak, dan memiliki pemahaman filosofiHuma Betang yakni menjunjung tinggi toleransi. Menurut Cahyoko 2008dalam Suprayitno 2018, provinsi Kalimantan Tengah merupakanprovinsi yang heterogen dalam hal etnis. Populasi etnis adalah; Suku Dayaksebanyak orang atau 41,24% terdiri dari 18,2% Dayak Ngaju,Dayak Sampit 9,57%, Dayak Bakumpai 7,51%, Dayak Katingan 3,34% danDayak Ma'anyan 2,8%, Banjar 435,756 orang atau 24,2%, orang Jawadari orang atau 18,06%, Madura orang 1 atau 3,46%, Sunda atau 1,36%, dan sisanya adalah suku Bugis,Betawi, Minangkabau, dan Banten. Di sini saya selaku penulis mengambil contoh daerah agar lebihspesifik lagi yakni pada kelurahan Kalampangan, yaitu suatu kelurahan yangterletak di Kecamatan sabagau, Kota Palangkaraya Provinsi KalimantanTengah. Di kalampangan ini, dari data yang penulis dapat ada cukup banyaksekali populasi orang pedatang, dalam artian bukan suku asli orangkalimantan tengah itu sendiri. Menurut data yang di dapat, sebagian besarmengatakan bahwa mereka pergi merantau guna menacari pekerjaan danmengikuti program dari pemerintah itu sendiri. Kelurahan kalampangan merupakan sebuah kelurahan yangmayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, berkebun dan mengurusternak. Kelurahan yang tidak cukup jauh dari pusat kota palangkaraya inijuga dikenal sebagai suatu keluarahan yang sukses dalam transmigrasinyasehingga mampu memberikan dampak baik berupa pemasok sayuran, danlain sebagainya. Kelurahan kalampangan juga dikenal dengan tempat kebunbuah naganya yang banyak, yang merupakan salah satu programpemerintah untuk mebuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. B. Rumusan MasalahBagaimana toleransi keberagaman dikelurahan kalampangan, kalimantantengah?C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu guna mengetahui danmempelajari apa itu keberagaman dikalimantan tengah serta mengetahuitanggapan dan dampak yang disebabkan dengan adanya pendatang-pendatang terkhusus dari luar daerah untuk tinggal dalam kurun waktu yangcukup lama, serta guna memenuhi tugas perkuliahan reformasi administrasipublik dengan tema IIPEMBAHASAN2 A. Landasan Teori Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapatbanyak perbedaan dalam berbagai bidang. Terlihat dari suku bangsa, ras,agama keyakinan, ideologi politik, sosial budaya, ekonomi dan lainsebagainya. Menurut kementiran pendidikan dan kebudayaan RI Menurut Kamus besar bahasa indonesia keberagaman merupakansuatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaandalam berbagai bidang terutama bangsa,ras, agaman, ideologi, dan M. Scheidel mengungkapkan bahwa komunikasi dilakukan untukmenyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosialdengan orang sekitar, dan untuk mempengaruhi orang lain untukmerasa,berpikir,atau berperilaku seperti yang diinginkan. Menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi efektifmenimbulkan hal sebagai berikut 1. Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuliseperti yang dimaksudkan oleh Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikaninformasi dan membentuk pengertian. Ada kala disaat kita tidakmencari keterangan, akan tetapi dilakukan hanya untukmengupayakan orang lain merasa apa yang disebut analisistransaksional. Komunikasi inilah yangmenjadikan hubungan hangat,akrab, dan Mempengaruhi sikap Komunikasi paling sering dilakukan untuk mempengaruhiorang lain. Komunikasi persuasif memerlakukan pemahaman tentangfaktor-faktor pada diri komunikator dan pesan yang menimbulkanefek pada Hubungan sosial yang baik Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungansosial yang baik. Hal itu dikarenakan sebagai makhluk sosial yangtidak tahan hidup sendiri, sehingga kita ingin berhubungan denganorang lain secara Tindakan Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang bukan halyang mudah, tetapi susah lagi ketika ingin mempengaruhi Namun, jauh lebih susah ketika mendorong orang bertindak. Tingkatke efektifan komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yangdilakukan oleh komunikan. jurnal komunikasi anatar budayapenduduk pendatang dengan penduduk asli, melti budi srikandi,2016 Stephen Cole mengatakan dalam suatu hubungan sosial, persepsidari masing-masing pihak terhadap pihak-pihak lainya sangat berpengaruhterhadapat interaksi sosial yang sedang berlangsung, karena berdasarkanpersepsi masing-masing itu mereka saling memberi makna terhadapkehadiran atau keberadaan pihak lain, serta menentukan bagaimana merekaberinteraksi satu sama lainnya. Toleransi merupakan sikap/sifat menenggang berupa menghargaiserta memperbolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaanmaupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri. MenurutPoerwadarminto 1986 184. Sikap dan perilaku toleransi dapat diwujudkandalam kehidupan sehari-hari, dimanapun kita berada, baik di lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, bahkan berbangsadan bernegara, diantaranya yaitu toleransi agama, toleransi sosial, dantoleransi kultural Lalu, 2010 324. Filosofi Huma Betang adalah realitas subyektif dari kehidupanmasyarakat Dayak yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, bantuan,egalitarianisme, kekerabatan, konsensus, dan kehidupan dalam masyarakat. Linton Ralph, 200538, masyarakat merupakan sekelompokmanusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka itudapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial denganbatas-batas tertentu. Menurut Koentjaraningrat, 1996 121 Masyarakatmerupakan pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupandalam batas kesatuan tersebut, yang sifatnya khas, mantap danberkesinambungan, sehingga menjadi adat-istiadat. Masyarakat lokaldiartikan sebagai kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajathubungan sosial dengan dua dasar yaitu lokalitas dan Uraian Toleransi keberagaman di Kelurahan kelampangan, kalimantantengah4 Dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 pasal 1, ayat 2menyebutkan transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarelauntuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di kawasan transmigrasiyang diselenggarakan oleh pemerintah. Dan ayat 3 mengatakan bahwaTransmigran adalah warga negara Republik Indonesia yang berpindahsecara sukarela ke kawasan transmigrasi. Interaksi dalam masyarakat sangat diperlukan terutama bagimasyarakat pendatang transmigran dan masyarakat asli agar terjadi prosespembauran. Agar proses tersebut dapat tercapai maka masing-masinganggota masyarakat harus memiliki sikap toleransi, keterbukaan, dan salingmenghargai satu sama lain. Toleransi adalah sikap/sifat menenggang berupamenghargai serta memperbolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan,kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiriPoerwadarminto 1986 184. Sikap dan perilaku toleransi dapat diwujudkandalam kehidupan sehari-hari, dimanapun kita berada, baik di lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, bahkan berbangsadan bernegara, diantaranya yaitu toleransi agama, toleransi sosial, dantoleransi kultural Lalu, 2010 324. Di dalam uraian materi ini disini penulis juga memberikan ulasanmengenai lokasi dan tempat yang penulis angkat. Secara garis besar disinisaya mengambil daerah palangkaraya, yakni pada kawasan kelurahankalampangan dikecamatan sabagau, Provinsi Kalimantan merupakan daerah dengan luas kawasan 46,25 Km2 denganjumlah penduduk dan memiliki kepadatan 84,54 perKm2 bps kotapangkaraya 2015/ Disini penulis sangat tertarik dengan potensi yang disebabkan olehsebagian besar dari dampak keberagaman yang disebabkan olehpendatang-pendatang dari luar daerah. Mengutip dari laporan potrait kinerjaTPS3R dalam yang mengatakan bahwa daerah kelurahankalampangan merupakan areal penduduk transmigarasi yang berhasil,dimana wilayah ini penduduknya bermata pencaharian dengan bertani danternak. Menurut pandangan dari penulis, interaksi antara warga setempatdengan para pendatang atau transmigran ini bisa dikatakan cukup baikdalam artian masyarakat setempat mampu menerima dan bekerja sama5 dalam membangun wilayah tersebut. Sebagai contoh yang bersumber Akhmad Tamanuruddin 58 adalah potret transmigran tangguhdan petani yang tak henti bereksperimen. Lahan marjinal di kelurahanKalampangan, kecamatan Sabagau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah iarombak menjadi lebih produktif. Para peneliti, kalangan perbankan danlembaga penelitian-pun berdatangan menemui beliau. Mereka memintaTamanuruddin, yang akrab disapa Taman, untuk berbagi metode bercocoktanam dan mempercaainya untuk mengerjakan proyek penelitian danmenjadikan lahannya sebagai tempat percontohan budidaya varietas-varietas unggulan untuk meningkatkan pendapatan para petani. Dari contoh tersebut dapat kita simpulkan bahwa didalamkeberagaman peran para pendatang juga cukup berpengaruh terhadapkondisi suatu daerah tersebut, pemahaman mengenai filosofi Huma Betangjuga harus benar-benar bisa dipelajari dan diterapkan di kehidupan sosialagara terciptanya kedamaian dan kerukunan serta tercapainya tujuanbersama. Menurut Faishal Pramana Indra Kusuma dalam Filosofi HumaBetang diantaranya adalah 1. Hidup rukun dan damai walaupun terdapat banyak perbedaan Huma Betang dihuni oleh 1 keluarga besar yang terdiri dari berbagaiagama dan kepercayaan, namun mereka selalu hidup rukun dan yang ada tidak dijadikan alat pemecah diantara dengan berkembangnya zaman , masyarakat Dayak sudah mulaimeninggalkan rumah adatnya dan beralih kepada tempat tinggal yang lebihmodern. Walaupun demikian keharmonisan tidak hanya terjadi di HumaBetang. Seluruh masyarakat Kalimantan Tengah selalu menjagakeharmonisan itu dengan cara saling hormat menghormati dan juga 2. Bergotong Royong Perbedaan yang ada tidak membuat penghuni Huma betangmemikirkan kelompoknya sendiri. Mereka slalu bahu-membahu dalammelakukan sesuatu, misalnya apabila ada kerusakan di Huma Betang .mereka bersama-sama memperbaikinya , tidak memandang agama ataupunsuku. Tidak hanya di Huma Betang, Seluruh masyarakat Kalimantan Tengahdiharapkan juga bahu-membahu dalam membangun daerahnya tidakmemandang suku bahkan Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan kekeluargaan Pada dasarnya setiap penghuni rumah menginginkan kedamaian dankekeluargaan. Apabila ada perselisihan akan di cari pemecahnya dengancara damai dan kekeluargaan. Begitu pula di Huma Betang , masyarakatDayak cinta damai dan mempunyai rasa kekeluargaan yang tinggi. Peristiwa kerusuhan Sampit tahun 2001 lalu adalah masa kelamprovinsi ini , dalam kerusuhan ini terjadi antara masyarakat suku Dayak danMasyarakat suku pendatang dari pulau Jawa yaitu suku yang ada sempat membuat provinsi ini tidak aman, perkelahiandimana-mana, termasuk peristiwa pembantaian. Perselisihan terjadi sangatalot, sampai saat perdamaianpun tiba. Demi kedamaian juga keamanan Kal-Teng mereka bersedia Menghormati Leluhur Setelah masuknya agama-agama baru seperti Hindu, Kristen, danIslam, banyak masyarakat Dayak berganti kepercayaan. Walaupun demikianmasih ada sebagian dari mereka yang menganut agama nenek moyangyaitu Kaharingan. Untuk menghormati leluhur mereka , masyarakat sukuDayak melakukan upacara adat. Upacara adat tersebut terdiri dari ritualmembongkar makam leluhur dan membersihkan tulang belulangnya untukkemudian disimpan di dalam sanding yang telah dibuat Dampak Keberagaman dari Orang-Orang Pendatang Non-Daerah Setempat Berbicara soal dampak, tentu saja akan mengacu pada dampakpositif dan dampak negatif. Melalui adanya program tarnsmigrasi hendaknyadiharapkan tumbuhnya kerjasama yang saling menguntungkan antaramasyarakat pendatang atau transmigran dengam masyarakat yang berda disekitar lokasi permukiman transmigrasi atau masyarakat lokal. Sebagai7 suatu program dari pemerintah transmigrasi ini dilakukan gunameningkatkan penyebaran penduduk, dan tenaga kerja serta berperandalam pembangunan dan pengembangan suatu daerah sehinggaberdampak kepada taraf hidup mayarakat disitu. Berikut dampak yang dihasilakan menurut undang-undang RepublikIndonesia Nomor 29 tahun 2009 1. Mobilitas penduduk 2. Pertemuan antar budaya3. Adanya pembinaan4. Meningkatkan kesejahteraan 5. Proses percepatan pembangunan Adapun dampak yang penulis simpulkan dari data yang terjadi dikelurahan Kalampangan yaitu sebagai berikut a Adanya perkembangan pendudukPerkembangan yang menuju dari segi jumlah dan keragaman padadaerah kalampangan b Menambah laju pertumbuhan perekonomian di wilayah kalampanganPara pendatang/transmigran dan masyarakat lokal mampu meciptakankolaborasi dan kerjasama dalam pembangunan perekonomiandikalampangan salah satunya melalui bidang pertanian, perternakan, danperkebunanc Adanya percepatan pembangunanPembangunan akan lebih diprioritaskan pada wilayah yang memilikibanyak penduduk karena menyangkut kepentingan orang banyak. d Multikultural pendudukAdanya keberagaman baik itu dari segi budaya, agama, suku ataupu raspada suatu daerah yakni seperti di kelurahan Terciptanya hubungan antar sesamaKeberagaman atau masyarakat yang multikultural ini sekiranya mampumembangun hubungan antar sesama warga negara indonesia. f Adanya kolaborasi anatara penduduk asli dan penduduk pendatang Masyarakat asli atau lokal mampu bekerjasama dengan masyarakatpendatang atau transmigran dalam membangun daerah yang merekatempati, baik itu perekonomian, Penyebaran penduduk yang merata 8 Melalui program transmigrasi oleh pemerintah sekiranya mampu mengisidaerah-daerah yang minim penduduk sehingga peyebaran pendudukindonesia pun bisa merata disetiap Solusi Solusi dari berberapa studi dan pengalaman dilapangan, minimkemungkinan suatu saat tidak akan terjadi konflik disuatu daerah baik ituantara masyarakat lokal dan pendatang, entah itu karena kecumburuansosial ataupun masalah lainnya. Namun guna mengantisipasi hal ini terjadiatau meminimalisirkan hendaknya sebagai sesama manusia untuk salingmenghargai sesama dan menjalin interaksi dengan baik, agar terciptanyakedamaian dan kerukunan antar sesama warga indonesia. filosofi humabetang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan harus lebihditanamam ke dalam pribadi masing-masing masyarakat dan bisadiimplementasikan dengan baik dalam kehidupan sosial yang nyata, baik itumelalui program pemerintah ataupun swasta. Melakukan bimbingan-bimbingan, baik itu yang dilaukan olehpemerintah ataupun swata guna untuk memberikan modal dan pemahamankepada BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan Filosofi huma betang merupakan salah satu dasar bagi orang dayakdalam menjalin hubungan sosial dimana memiliki pemahaman asaskebersamaan baik itu dengan sesama ataupun orang lain. Sebagaimasyarakat yang beragam sulit pula dikatakan akan minim konflik, namunhal ini bisa diminimalisir dengan adanya interaksi dan komunikasi sosialyang baik baik itu antara masyarakat lokal ataupun masyarakat contoh dampak keberagaman dari para pendatang yang bersifatpositif dapat kita lihat pada kelurahan kalampangan, dimana masyarakatpendatang dan masyarakat lokal dapat berkolaborasi untuk membangundaerah setempat, baik itu melalui sektor pertanian, perternakan dansebagainya. Dan untuk mengatasi dampak yang bersifat negatif setidaknyadapat diminimalisirkan dengan bimbingan dan perilaku serta interaksi yangbaik, dengan memperhatikan aturan-aturan yang ada didaerah tersebut. B. Saran Keberagaman adalah salah satu bagian besar bagi indonesia dimanamasyarakat indonesia yang terkenal akan multikulturalnya baik itu agama,suku, budaya dan ras, saran dari penulis yaitu perkuat pemahaman akanjiwa nasionalisme sehingga akan sangat membantu dalam memahami danmenghargai antar sesama ataupun orang lain dan tidak memunculkanperpecahan ataupun pertikaian. Ada sebuah pepatah yang mengatakan“dimana kaki berpijak disitu langit dijunjung” hal ini memiliki arti dimanapunkita berda hendaknya kita juga saling menghargai lingkungan dimana kitaberda, dalam artian saling menghormati jangan semena-mena meskipun kita10 memiliki jabatan ataupun pangkat. Dengan saling menghargai dan tidakmengambil hak orang lain, maka kehidupan bermasyarakat pun akantentarm dan damai. Bagi masyarakat lokal pun hendaknya mampu menjalin kerjasamayang menguntungkan sehingga mengahsilkan inovasi untuk membangundaerah secra bersam-sama dan saling mengahrgai adalah poin utamanyameskipun masyarakat lokal, setidaknya jangan semena-mena akan oranglain kapan perlu ajak untuk bersama berkolaborasi untuk kemajuan dankesejahteraan bersama. Jika suatu saat terjadi suatu konflik ataupun sebagainya hendaknyadirundingkan secara kekeluargaan terlebih PustakaSuprayitno, S., Putri, Triyani, T. 2019. Strategy on the National Unityand Politics Agency KESBANGPOL in Maintaining Ethnicity and Religions11 Relations Based on Huma Betang Philosophy in Central Internasional Research and Critics Institute-Journal Birci-Journal.24. 229-238. DOI 3469Sulistyorini, Gusti Budjang A, Supriadi 2016 Analisis Pola Interaksi SosialDalam Bentuk Toleransi Antara Masyarakat Transmigrasi Dan MasyarakatAsli Melati Budi Srikandi, Pawito 2016 Komunikasi Antar Budaya PendudukPendatang Dengan Penduduk Asli Studi Kasus Di Dusun Wanasari KotaDenpasar Provinsi Bali Maulida Eka 2018, Sistem Sosial Masyarakat Pendatang DenganMasyarakat Tempatan Studi Di Kampung Pondok Baru Kecamatan BandarKabupaten Bener Meriah Ping, Martinus Nanang, Sabiruddin 2018 Bentuk KomunikasiMasyarakat Pendatang Dengan Masyarakat Lokal Dalam Proses AdaptasiAntar Budaya, eJournal Ilmu Komunikasi, 2018, Volume 6 No 4 83-96ISSN 2502-5961 Cetak, ISSN 2502-597 Online, © Copyright 2018Akhmad Fauzi Sofyan, 2013 Pengaruh Transmigrasi Terhadap KehidupanSosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Tepian Makmur Kecamatan RantauPulung Kabupaten Kutai Timur. eJournal Ilmu Pemerintahan, 2013, 1 31167-1180 ISSN 2338-3615, © Copyright 201312 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Pendahuluan Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu melakukan interaksi dan kontak sosial dengan orang lain. Dalam kelompok individu, manusia ini saling berhubungan sehingga terbentuklah kelompok yang besar yang disebut masyarakat. Menurut Soekanto 2003 manusia dicirikan sebagai orang-orang yang hidup bersama, bercampur dalam waktu yang lama dalam suatu kesatuan, dan merupakan suatu sistem hidup pertama. Masyarakat desa sebagai bagian dari suatu struktur sosial memiliki karakteristik dalam aspek-aspek kehidupan, seperti memiliki solidaritas yang tinggi, menjunjung tinggi kerja sama, hidup sederhana, serta memiliki pranata sosial yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama secara mekanistik. Desa Tugujaya merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamtan Cigombong Kabupaten Bogor dengan luas wilayah ± Ha, di atas permukaan laut sekitar 500-700 Mdpl, dan tinggi curah hujan sebesar 250-550 mm/t, yang terdiri dari 7 dusun, 11 Rukun Warga dan 44 Rukun Tetangga dengan suhu udara berkisar 25-27o C. Batas wilayah Desa Tugujaya meliputi sebelah utara berbatasan dengan Desa Cisalada dan Pasirjaya, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cigombong, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kutajaya Kec. Cicurug Kab. Sukabumi, dan sebelah barat berbatasan dengan Gunung Salak. Penduduk Desa Tugujaya sebanyak Jiwa dan sebagian besar merupakan angkatan kerja potensi yaitu sebanyak 36%. Sebagian besar angkatan kerja terserap oleh dunia pertanian dan angkatan kerja muda potensial memilih masuk sebagai karyawan di dunia industri. Kondisi wilayah Desa Tugujaya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukabumi di wilayah selatan sebagai kawasan berikat industri menjadikan daya tarik tersendiri bagi kaum muda, sehingga mereka lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik daripada mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada dengan berbagai kekurangan dan keterbatasan. Berdasarkan kebijaksanan pertanahan pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang dijabarkan dalam UU No. 5 tahun 1960 UUPA, serta lebih lanjut UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang diamanatkan bahwa penataan ruang diselenggarakan berasaskan kepada pemanfaatan ruang bagi semua keperluan secara terpadu, berkelanjutan, keterbukaan, kesamaan, keadilan, dan perlindungan hukum. Dalam hal ini lahan di Desa Tugu Jaya banyak yang dikonversikan dari lahan pertanian menjadi vila-vila oleh investor yang berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta. Konversi lahan pertanian tersebut mengakibatkan hilangnya mata pencaharian utama masyarakat sebagai petani dan keterbatasan akses terhadap lahan. Masyarakat lokal terpaksa mencari pekerjaan lain seperti buruh tani, penjaga vila, dan kuli batako. Adanya kesenjangan antar kelas sosial dalam struktur sosial masyarakat, distribusi akses baik dari lahan ataupun masalah agraria secara tidak merata, serta perbedaan-perbedaan kepentingan dan kebutuhan antar pribadi individu dapat menjadi potensi konflik sosial di wilayah tersebut. Potensi konflik yang muncul pada masyarakat Tugu Jaya berhubungan dengan konversi lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi villa, hingga dapat memicu munculnya konflik terbuka manifest. Peran elit desa, seperti Kepala Desa dan stakeholder lainnya dalam membuat kebijakan untuk meredam potensi konflik yang ada di antara masyarakat Desa Tugu Jaya menjadi hal penting untuk dilihat dalam penelitian ini. Konversi lahan pertanian menjadi villa yang mengakibatkan potensi konflik dapat menimbulkan suatu perubahan sosial, baik pada relasi sosial, struktur sosial, ataupun menimbulkan perubahan fenomena-fenomena sosial di Desa Tugu Jaya. Selain itu, proses perkembangan zaman dari waktu ke waktu yang dialami oleh masyarakat di Desa Tugu Jaya menimbulkan adanya suatu perubahan yang dapat dianalisis dengan menggunakan komponen-komponen perubahan sosial, yang mencakup identitas, level tingkat, lama, arah, besaran, serta kecepatan Vago 1989. Untuk lebih spesifik lagi, maka penelitian ini ingin menganalisis potensi konflik yang ada di Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor yang menyebabkan timbulnya perubahan sosial. Fokus dari penelitian ini adalah potensi akibat adanya konversi lahan pertanian mengingat lokasi Desa Tugu Jaya yang banyak terdapat lahan pertanian yang dialihfungsikan sebagai villa. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat tiga buah rumusan masalah yang diambil dalam penelitian mengenai analisis potensi konflik sosial di Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Masyarakat Desa Tugu Jaya memiliki stuktur sosial tertentu yang digunakan untuk aktivitas hidup mereka sehari-hari. Sektor pertanian yang mendominasi membuat sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, sehingga lahan menjadi hal yang sangat penting bagi setiap individu. Namun, adanya konversi lahan pertanian yang digunakan untuk pembangunan villa menyebabkan makin sempitnya lahan yang dapat digarap, serta menjadikan masyarakat sekitar beralih mata pencaharian. Dalam bermasyarakat, hubungan yang terjalin antar struktur sosial ataupun antar individu tidak selalu baik, namun terkadang adanya perbedaan dan pertentangan yang berpotensi menimbulkan konflik sosial. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana bentuk konversi lahan pertanian yang terjadi pada masyarakat Desa Tugu Jaya? 2. Apa saja yang menjadi potensi konflik sosial dalam masyarakat Desa Tugu Jaya? 3. Bagaimana pengaruh potensi konflik sosial tersebut terhadap perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Desa Tugu Jaya? Tujuan Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini meliputi 1. Menganalisis bentuk-bentuk dan mekanisme konversi lahan yang terjadi pada masyarakat Desa Tugu Jaya; 2. Mengidentifikasi potensi konflik sosial yang terdapat dalam masyarakat Desa Tugu Jaya; 3. Menganalisis pengaruh potensi konflik sosial tersebut terhadap perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Desa Tugu Jaya Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian yang dilakukan dengan cara turun lapang mata kuliah Perubahan Sosial dan Sosiologi Pedesaan diaksanakan selama tiga hari, yaitu dimulai dari hari Jumat, 20 Desember 2013 hingga hari Minggu, 22 Desember 2013. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Tuguj Jaya merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor dengan luas wilayah ± Ha, di atas permukaan laut sekitar 500-700 Mdpl, dan tinggi curah hujan sebesar 250-550 mm/t, yang terdiri dari 7 dusun, 11 Rukun Warga dan 44 Rukun Tetangga dengan suhu udara berkisar 25-270. Jumlah penduduk Desa Tugujaya menurut data terbaru desa tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari KK dan rumah. Sebagian besar masyarakat di Desa Tugu Jaya merupakan warga asli yang menetap, dengan corak sosial budaya relatif masih homogen. Sebanyak masyarakat Desa Tugu Jaya bermataencaharian sebagai petani dengan 1420 merupakan pemilik tanah, sebagai petani penggarap, dan 387 orang sebagai buruh tani. sementara itu, sebanyak orang bermatapencaharian sebagai buruh industri, pedagang sebanyak 265 orang, sektor jasa 417 orang, dan pegawai negeri sipil hanya 66 orang. Hampir seluruh masyarakat di Desa Tugu Jaya memeluk agama islam. Sedangkan tingkat pendidikan masyarakat di Desa Tugu Jaya masih tergolong rendah, yaitu sebanyak orang hanya tamat SD/sederajat. Fasilitas umum yang terdapat di Desa Tugu Jaya meliputi mesjid, sekolah, puskesmas, dan lapangan. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan secara kualitatif dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan beberapa pendekatan untuk mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan terkait konflik yang terjadi di masyarakat Desa Tugu Jaya. Pendekatan kuantitatif berupa pengumpulan data-data sekunder yang diperoleh dari buku, disertasi maupun data dari kantor Desa Tugu Jaya. Selain itu dilakukan juga pengamatan langsung untuk mengetahui keadaan fisik desa maupun sosial masyarakatnya. Wawancara mendalam dilakukan kepada masyarakat setempat dan stakeholder desa dengan mengacu pada daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Berdasarkan pengamatan dan wawancara tersebut didapat data primer dan sekunder. Data primer meliputi data terkait keadaan desa dan masyarakat dengan pengamatan secara langsung. Sedangkan untuk data sekunder adalah data tambahan yang mendukung dan terkait. Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapat kesimpulan berupa jawaban dari perumusan masalah. Pembahasan I. Konversi Lahan Pertanian Desa Tugu Jaya Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif masalah terhadap lingkungan dan potensi lahan tersebut Astuti 2011. Konversi Lahan menurut Sihaloho 2004 adalah proses alih fungsi lahan khususnya dari lahan pertanian ke non-pertanian atau dari lahan non-pertanian ke lahan pertanian. Menurut Sihaloho 2004, faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu 1. Faktor pada aras makro meliputi pertumbuhan industri, pertumbuhan pemukiman, pertumbuhan penduduk, intervensi pemerintah dan marginalisasi ekonomi. 2. Faktor pada aras mikro meliputi pola nafkah rumah tangga struktur ekonomi rumah tangga, kesejahteraan rumah tangga orientasi nilai ekonomi rumah tangga, strategi bertahan hidup rumah tangga tindakan ekonomi rumah tangga. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Desa Tugu Jaya, sebelum adanya konversi lahan, masyarakat sekitar awalnya bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat menggantungkan hidupnya dengan cara memanfaatkan lahan untuk di olah dan hasilnya untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual ke pasar. Lahan pertanian biasanya ditanami dengan tanaman padi maupun palawija berupa singkong dan umbi-umbian sebagai tanaman pokok Desa Tugu Jaya. Namun, ternyata hal tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Harga palawija dipasaran dihargai dengan harga yang cukup murah. Selain itu, hasil pertanian tidak menentu masa panennya, dengan waktu yang cukup lama petani baru mendapatkan penghasilan atas apa yang telah ditanam, tetapi kadang kala waktu yang dicurahkan dalam sektor pertanian tidak sebanding dengan berapa banyak uang yang mereka dapatkan. Dengan tuntutan hidup dari zaman ke zaman yang terus meningkat namun pendapatan yang dihasilkan tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Maka mereka memikirkan cara lain, bagaimana tetap bisa bertahan hidup dengan mendapatkan uang dalam waktu yang cepat dan tetap memiliki pekerjaan yang dapat mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Pada sekitar tahun 1994, investor mulai berdatangan ke Desa Tugu Jaya, mereka tertarik untuk membeli lahan yang ada di Desa Tugu Jaya, para investor pun memberikan tawaran kepada petani yang disana berupa harga lahan yang cukup menggiurkan. Alasan investor tertarik untuk mengembangkan Desa Tugu Jaya sebagai lahan bisnis didasari karena letak desa yang berada di dataran tinggi sehingga memiliki cuaca yang sejuk. Hal ini akhirnya menjadi daya pikat masyarakat kota yang sehari-harinya hidup di tengah hiruk pikuk kota yang menjenuhkan. Akhirnya karena terdesak oleh faktor ekonomi, petani menjual lahan pertaniannya kepada investor karena tertarik dengan harga yang dijanjikan. Setelah lahan tersebut berpindah tangan ke tangan investor baik asing maupun ivestor dari kota-kota besar, lahan tersebut kemudian diubah menjadi vila-vila. Petani yang menjual lahannya akhirnya beralih profesi menjadi penjaga vila. Namun siring dengan kehadiran vila yang semakin banyak tersebut menimbulkan polemik di Desa Tugu Jaya. Vila-vila seringkali disalahgunakan oleh sebagian pihak sebagai tempat prostitusi. Selain itu, hal ini berakibat pada lahan pertanian yang berkurang dengan digantikannya oleh pembangunan vila-vila. Para investor membeli lahan tetapi lahan tersebut terbengkalai dan tidak terurus. Lahan yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk digarap namun dengan demikian masyarakat kehilangan hak untuk dapat memanfaatkan maupun mengakses lahan tersebut. Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani kemudian kehilangan lahannya bahkan kesulitan untuk mengakses lahan tersebut. Hal ini berdampak pada beralihnya mata pencaharian masyarakat yang dahulu menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, seperti beralih menjadi buruh ataupun kuli batako. Masyarakat merasa takut untuk mengolah lahan meskipun lahan tersebt terbengkalai. Dari kasus konversi lahan yang terjadi di Desa Tugu Jaya, dimana adanya konversi lahan pertanian menjadi vila-vila maka dapat dianalisis bahwa faktor yang mempengaruhi konversi lahan adalah faktor pada aras mikro. Masyarakat menjual tanahnya karena adanya pengaruh pola nafkah rumah tangga. Himpitan masalah ekonomi yang membuat masyarakat membutuhkan lebih banyak uang membuat mereka menjual tanahnya. Tujuan masyarakat hanyalah untuk kesejahteraan rumah tangga dan sebagai tindakan untuk bertahan hidup, meskipun pada akhirnya masyarakat pun mengalami kerugian setelah vila-vila mulai banyak bermunculan di Desa Tugu Jaya. II. Potensi Konflik Sosial dalam Masyarakat Tugu Jaya Dewasa ini, masyarakat di dunia khususnya Indonesia sering dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang tak jarang menimbulkan perselisihan. Permasalahan-permasalahan ini dikenal oleh masyarakat dengan istilah konflik. Konflik berasal dari kata kerja configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Fuad dan Maskahan 2000 dalam Musdalifah tanpa tahun menyatakan bahwa menurut wujudnya, konflik dapat berwujud tertutup laten, mencuat emerging, dan terbuka manifest, juga dapat meningkat eskalasi. Sedangkan menurut level permasalahannya, terdapat dua jenis konflik, yakni konflik vertikal dan konflik horizontal. Konflik yang terjadi di masyarakat secara umum disebabkan oleh adanya perbedaan. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan antar individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, serta perubahan sosial Soekanto 2003. Konflik di desa berasal dari berbagai sumber diantaranya, lahan dan hak atas sumber daya alam, perebutan sumber nafkah, persoalan keluarga dan perebutan jodoh, pertikaian antar etnis, perbedaan agama, serta persoalan politik dan antar elit di desa. Selain sumber-sumber yang telah disebutkan, di desa juga terdapat potensi konflik diantaranya, konflik dan potensi konflik agraria, migrasi penduduk pedesaan, hubungan antar suku bangsa, serta kebijakan desentralisasi pembangunan dan otonomi daerah. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di Desa Tugu Jaya sejak Jumat, 20 Desember 2013 hingga Minggu, 22 Desember 2013, konflik yang mencuat nyata ke permukaan adalah konflik mengenai lahan dan hak atas sumberdaya alam. Dalam kasus ini terjadi konversi lahan dari lahan pertanian menjadi villa-villa modern. Pada awalnya lahan tersebut milik masyarakat lokal yang dijadikan sumber nafkah utama, akan tetapi rendahnya penghasilan masyarakat yang dihadapkan dengan meningkatnya harga-harga kebutuhan membuat masyarakat menjual lahan mereka dengan harga miring, lahan yang berpindah kepemilikan tersebut yang kini dijadikan sebagai villa-villa di Desa Tugu Jaya. Keberadaan villa tersebut semakin lama mengusik kenyamanan warga, berdasarkan keterangan Bapak Kepala Desa Tugu Jaya, Bapak SS. Villa-villa tersebut tak jarang beroperasi di luar jam normal berkunjung yaitu jam dini hari, pengunjung yang datang ke villa biasanya adalah pasangan muda yang belum memiliki ikatan perkawinan secara sah. Hal ini dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif terhadap masyarakat sekitar dan menggeser nilai-nilai budaya lokal. Tak hanya itu, permasalahan konversi lahan juga membuat banyak petani kehilangan pekerjaannya. Berdasarkan informasi yang didapatkan melalui wawancara dengan salah seorang petani, beliau memaparkan bahwa petani serabutan yang mencoba mencari nafkah dengan memanfaatkan lahan kosong yang tidak terurus milik pihak asing dituduh melakukan perusakan lahan dan dilaporkan ke pengadilan. Untung saja, banyaknya pembelaan dari warga membuat kasus ini dapat diredam secara kekeluargaan. Lebih lanjut dijelaskan oleh beberapa responden yang bernapa Bapak S dan Bapak DH bahwa para masyarakat merasa tidak setuju adanya konversi lahan menjadi vila yang makin marak terjadi karena pada awalnya lahan tersebut merupakan lahan milik negara yang bebas untuk digarap oleh para petani lokal. Bapak S menjelaskan saat ini saja dirinya sedang mengolah lahan tumpang sari yang lahannya dimiliki oleh orang Jakarta. Beliau juga mengatakan bahwa pendapatan yang di dapat setiap harinya hanya berkisar 10-20 ribu rupiah dan hanya mencukupi untuk makan satu keluarga. Bapak DH sebagai koordinator petani gurem setempat menjelaskan bahwa saat ini permasalahan yang ada adalah antara petani dan pemilik lahan yang ada disana. Menurutnya petani seringkali ketakutan dalam menggarap lahan. Lahanpun sering lama terbengkalai sebelum dibangun menjadi sebuah vila, padahal seharusnya daripada lahan menganggurmlahan tersebut bisa diolah oleh masyarakat sekitar. Bapak DH juga memberikan informasi bahwa hasil tumpang sari petani di sekitar desa dijual ke pengusaha beras analog, namun hasil tersebut kurang bisa memenuhi kuota produksi karena minimnya produktifitas mereka semenjak lahan mulai dibeli dan dikonversi menjadi villa. Responden yang bernama Bapak R yang merupakan manajer operasional pabrik beras analog pun mengiyakan bahwa industri yang seharusnya dapat memberdayakan petani lokal tersebut belum berjalan secara maksimal karena produktivitas petani setempat yang masih belum memadai sehingga perusahaan harus mendapat pasokan bahan baku dari Jawa Tengah. Saat ini lahan negara yang dahulu bebas digarap sudah semakin berkurang karena mulai dibeli oleh pihak developer yang mengembangkan lahan tersebut untuk dijadikan villa. Namun ternyata berdasarkan keterangan dari responden yang merupakan ketua Lembaga Pengembangan Masyarakat LPM Desa Tugu Jaya, Bapak I menjelaskan bahwa pihak pemerintah desa langsung berinteraksi dengan investor-investor yang hendak membeli lahan dan mendirikan villa. Beliaupun menceritakan bahwa lembaga LPM desa seringkali tidak dilibatkan dalam pembuatan kebijakan desa, meskipun beliau sudah mengabdikan dirinya di Desa Tugu Jaya selama 20 tahun lamanya. Menurut keterangnya pula pihak desa kerap mengabaikan LPM desa karena pihak investor lebih menarik dan dapat meningkatkan potensi pariwisata yang ada di Desa Tugu Jaya, sehingga tidak menggubris mayoritas masyarakat yang menolak adanya konversi lahan tersebut. Konversi lahan dan kesenjangan hak atas sumber daya alam yang terjadi di Desa Tugu Jaya seperti yang telah dijelaskan di atas tersebut merupakan potensi konflik yang terdapat di Desa Tugu Jaya. Hal ini karena contoh-contoh kasus yang dijelaskan oleh beberapa responden dapat menimbulkan konflik sosial, namun hingga saat ini konflik tersebut belum menimbulkan adanya gerakan oleh masyarakat untuk melawan karena masyarakat memiliki rasa takut, terbukti dari ketidakmampuan masyarakat desa beserta para stakeholder untuk menentang dan menutup villa-villa di sekitar desa. Potensi konflik yang terjadi berdasarkan keterangan responden juga sudah mulai mencuat ke permukaan yang dibuktikan dengan sudah pernah ada masyarakat yang diseret hingga ke pengadilan karena dituduh melakukan perusakan lahan yang sudah dibeli oleh investor. Dalam hal ini terdapat kesenjangan di antara struktur masyarakat Desa Tugu Jaya. III. Pengaruh Potensi Konflik Sosial Terhadap Perubahan Sosial yang Terjadi dalam Masyarakat Desa Tugu Jaya Potensi konflik yang terdapat di Desa Tugu Jaya yaitu konflik mengenai lahan, dimana adanya konversi lahan pertanian menjadi villa-villa. Konflik koversi lahan ini menimbulkan pengaruh terhadap mata pencaharian masyarakat sekitar. Sebelum adanya konversi lahan menjadi villa, masyarakat sekitar mengolah lahan pertanian, baik menjadi pemilik lahan maupun petani penggarap. Namun, setelah adanya villa akses atas lahan di Desa Tugu Jaya semakin berkurang. Masyarakat pun menjadi petani serabutan yang tidak jelas mengolah lahan siapa yang mereka garap. Kondisi ini menyebabkan pihak yang sudah membeli lahan tersebut membuat suatu larangan yang ditujukan kepada masyarakat sekitar untuk tidak mengolah lahan secara sembarangan. Bagi masyarakat yang melanggar peraturan tersebut akan dikenakan sanksi pidana. Hal ini juga telah diungkapkan oleh Kepala Desa setempat tentang adanya sanksi pidana. Sansi pidana ini sudah pernah dialami sendiri oleh masyarakat seperti yang dijelaskan oleh salah satu responden yang bernama Bapak DH. Beliau mengatakan bahwa dahulu pernah ada yang melanggar praturan tersebut dengan mengolah lahan yang sudah beralih kepemilikan, sehingga sempat diproses hingga ke pengadilan, namun orang tersebut masih beruntung karena akhirnya dapat dibebaskan. Adanya larangan tersebut membuat masyarakat menjadi takut untuk menjadi petani serabutan. Masyarakat yang takut kemudian berganti profesi menjadi kuli batako. Dari kondisi yang terjadi di Desa Tugu Jaya tersebut, dapat dianalisis menggunakan enam komponen perubahan sosial yang diungkapkan oleh Steven Vago. Komponen yang pertama yaitu identitas. Komponen identitas yang berubah pada masyarakat di Desa Tugu Jaya adalah pola relasi sosial di mana tadinya masyarakat hanya berhubungan dengan sesama masyarakat desa. Tetapi semenjak adanya konversi lahan pertanian menjadi vila, relasi berubah menjadi antara masyarakat dengan pemilik villa. Selain itu struktur sosial juga mengalami perubahan dimana peran pihak investor menjadi lebih dominan, bahkan peran lembaga desa seperti LPM tidak diberitahu oleh pemerintah desa mengenai pembangunan villa. Komponen yang kedua adalah tingkat level. Tingkat level perubahan yang terjadi di Desa Tugu Jaya, yaitu di tingkat kelompok. Hal ini diikarenakan perubahan pada tingkat ini berdampak pada pola interaksi antar masyarakat dengan masyarakat menjadi masyarakat dengan pemilik villa. Komponen yang ketiga adalah lama perubahan. Perubahan yang berlangsung di Desa Tugu Jaya tergolong perubahan long term karena villa-villa tersebut sudah berdiri sejak tahun 1994 yang artinya perubahan sosial yang terjadi sudah cukup lama dan bertahan hingga saat ini, bahkan hingga pembangunan villa semakin banyak terjadi. Komponen selanjutnya yaitu arah. Arah perubahan yang terjadi yaitu secara linear. Perubahan sosial yang ada di Desa Tugu Jaya berlangsung secara maju dari waktu ke waktu yang dibuktikan dengan semakin banyaknya konversi lahan pertanian yang digunakan untuk villa, sehingga menyebabkan perubahan pada masyarakat. Komponen kelima adalah kecepatan. Perubahan yang terjadi di Desa Tugu Jaya berdasarkan kecepatannya termasuk pada perubahan yang lambat karena perubahan yang terjadi tidak mengalami perkembangan yang cepat, permasalahan utama yang muncul hanya berkutat pada konversi lahan saja, yang menyebabkan masyarakat sulit mengakses lahan tersebut. Sedangkan komponen yang terakhir yaitu besaran. Perubahan yang terjadi termasuk dalam besaran incremental karena perubahan yang terjadi di Desa Tugu Jaya berlangsung sedikit demi sedikit namun teratur. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan villa yang makin lama makin banyak dari waktu ke waktu. Pada zaman dahulu villa-villa dibangun jauh dari pemukiman warga, namun seiring dengan berjalannya waktu villa-villa di sana dibangun semakin mendekati pemukiman warga. Konflik mengenai konversi lahan menjadi villa yang terjadi di sekitar Desa Tugu Jaya berdasarkan teori konflik termasuk ke dalam teori konflik kritis. Berdasarkan teori ini, Marx mengungkapkan bahwa konflik antar kelas disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sehingga menimbulkan tindakan bersama. Pada teori ini terdapat dua pihak, yaitu pihak pertama sebagai penindas dan pihak kedua sebagai tertindas. Potensi konflik di Desa Tugu Jaya yang disebabkan karena konversi lahan pertanian terjadi di antara kelas sosial yang terdapat di struktur sosial masyarakat setempat. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesenjangan antara kedua kelas tersebut dalam hal penguasaan lahan. Pihak elit desa yang mempunyai wewenang dalam membuat kebijakan cenderung lebih berpihak kepada investor yang membeli lahan-lahan desa untuk dijadikan sebagai villa daripada melindungi masyarakat setempat dari kurangnya lahan yang dapat diolah. Meskipun dianalisis menggunakan teori konflik kritis, namun fenomena sosial yang terdapat di Desa Tugu Jaya masih berupa potensi konflik karena masyarakat di desa tersebut belum melakukan gerakan untuk melawan secara langsung untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kesimpulan Dari penjelasan dan uraian pembahasan di atas dapat kami rumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut • Bentuk konversi lahan yang ada di Desa Tugu Jaya yaitu adanya perubahan alih fungsi lahan yang semula lahan pertanian menjadi vila-vila. • Potensi konflik sosial dalam masyarakat Desa Tugu Jaya, konflik yang mencuat nyata ke permukaan adalah konflik mengenai lahan dan hak atas sumberdaya alam. Dalam kasus ini terjadi konversi lahan dari lahan pertanian menjadi villa-villa modern. Keberadaan villa mengusik kenyamanan warga, Villa-villa tersebut tak jarang beroperasi di luar jam normal berkunjung. Tak hanya itu, permasalahan konversi lahan juga membuat banyak petani kehilangan pekerjaannya. Konflik mengenai lahan dan hak atas sumber daya alam yang terjadi di Desa Tugu Jaya masih merupakan potensi konflik karena meskipun potensi konflik tersebut sudah mulai mencuat ke permukaan yang dibuktikan adanya masyarakat yang diproses hingga ke pengadilan, namun masyarakat tidak mampu dan tidak membuat gerakan sosial sebagai bentuk perlawanan. Bahkan, hingga saat ini villa-villa masih terus dibangun. • Potensi konflik yang terdapat di Desa Tugu Jaya yaitu konflik mengenai lahan, dimana adanya konversi lahan pertanian menjadi villa-villa. Konflik koversi lahan ini menimbulkan pengaruh terhadap mata pencaharian masyarakat sekitar. Dengan dianalisis melalui enam komponen perubahan sosial oleh Steven Vago , pada komponen identitas yang berubah pada masyarakat di Desa Tugu Jaya adalah pola relasi sosial antar sesama masyrakat dan perubahan struktur. Kedua yaitu tingkat level termasuk di tingkat kelompok, pola interaksi antar masyarakat dengan masyarakat menjadi masyarakat dengan pemilik villa. Ketiga adalah lama perubahan tergolong perubahan long term karena villa-villa tersebut sudah berdiri sejak tahun 1994. Keempat adalah arah perubahan yang terjadi yaitu secara linear perubahan berlangsung secara maju dari waktu ke waktu yang dibuktikan sengan semakin banyaknya konversi lahan pertanian yang digunakan untuk villa. Komponen kelima adalah kecepatan termasuk pada perubahan yang lambat karena perubahan yang terjadi tidak mengalami perkembangan yang cepat. Komponen yang terakhir yaitu besaran, termasuk dalam besaran incremental karena perubahan yang terjadi di Desa Tugu Jaya berlangsung sedikit demi sedikit namun teratur. Konflik mengenai konversi lahan menjadi villa yang terjadi di sekitar Desa Tugu Jaya berdasarkan teori konflik termasuk ke dalam teori konflik kritis. Berdasarkan teori ini, Potensi konflik di Desa Tugu Jaya disebabkan karena konversi lahan pertanian terjadi di antara kelas sosial yang terdapat di struktur sosial masyarakat setempat. Saran • Kepala desa seharusnya lebih selektif dalam memberikan izin pembebasan lahan oleh pihak-pihak, baik swasta maupun individu yang akan menjadikan lahan tersebut untuk pembangunan vlla. • Sebelum menjual lahannya sebaiknya masyarakat memikirkan kembali dampak apa yang akan terjadi ketika mereka kehilangan lahannya, tidak hanya memikirkian keuntungan sesaat agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. • Baik pemilik lahan maupun penggarap harus sadar batas-batas lahan yang mereka miliki, sehingga tidak ada kesalahpahaman yang berujung pada proses hukum. Daftar Pustaka Astuti DI. 2011. Keterkaitan harga lahan terhadap laju konversi lahan pertanian di hulu sungai ciliwung, Kabupaten Bogor. [skripsi]. [internet]. [diunduh pada 7 Oktober 2013]. dapat diunduh dari Bahan Ajar Mata Kuliah Sosioogi Pedesaan. Bogor [ID] IPB Press. Kiseng RA 2012. Bahan Ajar Mata Kuliah Perubahan Sosial. Bogor [ID] IPB Press. Musdalifah. [Tidak ada tahun]. Konflik Agraria dalam Relasi Antara Perusahaan Perkebunan dengan Masyarakat Kasus Konflik antara Petani dengan PT. PP Lonsum di Kabupaten Bulukumba. Jurnal disertasi. [internet]. Diunduh dari 1320 12 Desember 2013 Sihaloho, Martua. 2004. Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Tesis Pasca Sarjana. Bogor IPB. Soekanto S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID] Raja Grafindo Persada.
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Konflik Sebelum lebih jauh berbicara tentang konflik ada baiknya diketahui dulu arti konflik. Beberapa ahli memberikan definisi tentang konflik dari sudut pandang masing-masing. Berikut ini adalah pendapat mereka tentang pengertian konflik. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis 1977, konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan. 1. Menurut Gibson, et al 1997, hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain. 2. Menurut Robbin 1996, keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan. 3. Muchlas 1999, Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres. 4. Menurut Minnery 1985, Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan. 5. Menurut Berstein 1965, Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia. 6. Menurut Pace dan Faules 1994, Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami. 7. Robert Lawang, Menurut Lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh status, nilai, kekuasaan, di mana tujuan mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya. 8. Ariyono Suyono, Menurut Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak. 9. James W. Vander Zanden, Menurut Zanden dalam bukunya Sociology, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka. 10. Soerjono Soekanto, Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di mana orang per orangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orangorang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekadar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya. B. Teori-teori Penyebab konflik Ada beberapa teori penyebab konflik berikut ini akan dipaparkan beberapa teori mengenai penyebab konflik. a. Teori Hubungan Masyarakat Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. b. Teori Negosiasi Prinsip Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. c. Teori Kebutuhan Manusia Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. d. Teori Identitas Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. e. Teori Kesalahpahaman Antarbudaya Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. f. Teori Transformasi Konflik Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi. C. Faktor-faktor Penyebab Konflik 1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur. 2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. 3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. 4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada. D. Akibat Konflik Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut a. meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok ingroup yang mengalami konflik dengan kelompok lain. b. keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai. c. perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll. d. kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia. e. dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. E. Solusi Penyelesaian Konflik Berikut ini solusi yang dapat ditawarkan untuk meminimalisir terjadinya konflk a. Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik. b. Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya. d. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. e. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. B. SARAN Penyebab dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan konflik sangat beragam oleh karena itu diperlukan benteng toleransi yang sangat besar untuk meminimalisir perbedaan yang ada sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Orang Madura, sebagaimana suku bangsa Indonesia lainnya, dapat ditemukan di berbagai wilayah tanah air. Jiwa merantau dan desakan ekonomilah yang mengakibatkan orang Madura terdapat di berbagai wilayah tanah air. Tidak terlalu banyak suku bangsa Indonesia yang memiliki jiwa merantau. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MAKALAHSTUDI MASYARAKAT MADURADiajukan unuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Masyarakat IndonesiaDosen Pengampu Bagja Waluya, oleh Duha Khasanah Astari 1801917Fikri Fauzan Mahendra Alam 1807940Shafa Anitasyah 1804043PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGIFAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIALUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2019 KATA PENGANTARPuji syukur penyusun panjatkan kepada Allah atas berkat dan rahmat-Nyasehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “StudiKemasyarakatan Madura”. Makalah ini berisi tentang pemahaman materi terkaitkarakteristik masyarakat Madura dan perbandingan masyarakat Madura dengan Jawayang merupakan serumpun tapi nyatanya penyusunan makalah ini, penyusun menjumpai hambatan, namun berkatdukungan dari berbagai pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikannya dengancukup baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penyusun inginmengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telahmembantu di dalam proses penulisan makalah hasil observasi ini antara lain 1. Bagja Waluya, selaku Dosen Mata Kuliah Studi Masyarakat Indonesia2. Orang tua, dan teman-teman Pendidikan Sosiologi 20183. Pihak-pihak yang telah membantu penyusun yang tidak bisa disebutkan segala kebaikan dan keikhlasan dari pihak-pihak tersebut yang telahmemberikan dukungan bagik secara moril dan materil mendapatkan balasan dariAllah SWT. Penyusun berharap semoga makalah ini memberikan manfaat yang besarbagi kita semua yang membutuhkan. Bandung, 23 Oktober 2019Penyusun DAFTAR ISIKATA PENGANTAR...................................................................................................iDAFTAR ISI................................................................................................................iiBAB I............................................................................................................................4PENDAHULUAN........................................................................................................ Latar Belakang.............................................................................................. Rumusan Masalah........................................................................................ Tujuan Penelitian.......................................................................................... Manfaat Penelitian........................................................................................6BAB II...........................................................................................................................7PEMBAHASAN........................................................................................................... Karakteristik dasar Masyarakat Madura.................................................. Sistem Sosial Masyarakat Madura............................................................ Sistem Ekonomi Masyarakat Madura...................................................... Sistem Kekerabatan Masyarakat Madura...............................................15BAB III.......................................................................................................................17PENUTUP.................................................................................................................. Simpulan...................................................................................................... Saran............................................................................................................17DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18 BAB Latar BelakangOrang Madura, sebagaimana suku bangsa Indonesia lainnya, dapatditemukan di berbagai wilayah tanah air. Jiwa merantau dan desakan ekonomilahyang mengakibatkan orang Madura terdapat di berbagai wilayah tanah air. Tidakterlalu banyak suku bangsa Indonesia yang memiliki jiwa merantau. Suku bangsaMinangkabau, suku bangsa Batak, termasuk suku bangsa Jawa khususnya orangWonogiri dan Gunung Kidul adalah contoh suku bangsa lain yang mempunyaijiwa merantau. Pada umumnya alasan desakan ekonomi dan faktor kelangkaansumber daya alam, yang mendorong orang-orang dari berbagai suku bangsa iniharus tinggal di pula, dorongan orang Madura meninggalkan kampunghalamannya karena keinginan untuk memperbaiki kehidupan sosial ekonominya,mengingat sumber daya alamnya sangat minim. Di perantauan orang Maduralebih banyak bekerja di sektor swasta dan jasa. Dibandingakan suku bangsalainnya, masih sedikit orang Madura yang berhasil menduduki pimpinan di levelnasional. Kurang berhasilnya orang Madura menjadi pimpinan di level nasionallebih disebabkan terbatasnya aset yang dimiliki daerah sumber daya ekonomiyang kurang dan jaringan infra strukturnya yang masih terbatas dan kesempatanyang terbatas untuk mengakses kekuasaan, sehingga orang Madura kalah bersaingdengan suku bangsa orang Madura termasuk kategori suku bangsa Jawa juga,meskipun agak berbeda dengan suku bangsa Jawa lainnya. Logat daerah menjadiciri khas orang Madura yang mudah dikenali oleh suku bangsa lainnya. OrangMadura juga tidak mengenal penggunaan tingkatan bahasa sebagaimana yangdipakai oleh suku bangsa Jawa, khususnya Yogyakarta dan Surakarta. Aspekpenggunaan bahasa inilah yang digunakan secara mudah oleh para ahli Antropologi sebagai indikator untuk menentukan kharakteristik khas dan uniksuatu suku bangsa tertentu. Budaya priyayi juga tidak dikenal oleh orangMadura, sebab pada masa lampau di wilayah Madura tidak banyak berkembangkerajaan-kerajaan seperti di kedua pusat budaya Jawa tersebut di atas. Di wilayahMadura, hanya Sumenep yang pernah berkembang kerajaan meskipun hanyabersifat local. Meskipun jiwa merantau orang Madura sangat tinggi, namun di sisi lainkehadiran orang Madura di negeri orang menimbulkan problem sosial, ketikaorang Madura harus berhubungan dengan penduduk setempat atau dengan sukubangsa lain. Bahkan dalam beberapa kasus hubungan sosial itu sampaimenimbulkan konflik tragis, antara orang-orang Madura di Sambas, di Sampit,serta di beberapa tempat di Jakarta dengan yang dikategorikan sebagai penduduklokal’, apakah etnik Betawi, etnik Sunda, atau etnik lainnya. Dari berbagai kasuskonflik antar orang Madura dengan penduduk lokal, dari satu sisi mengukuhkanstereotip tentang orang-orang Madura sebagai orang yang keras, temeramental,tetapi gigih, tekun, dan alim; dan di sisi lain menyimpan banyak kegalauan’ bagiorang-orang bukan pemaparan diatas, inilah yang mendorong penyusun untukmenyusun makalah ini. Bagaimana karakteristik orang Madura ? Sejauh manakehidupan orang Madura di perantauan, khususnya dalam hal hubungan sosialdengan penduduk setempat ? Dalam makalah ini diberikan contoh budayaMadura dengan banyak membandingkan budaya Jawa, sebab kedua budayatersebut termasuk serumpun. Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar parapembaca memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai kebudayaan orangMadura, baik dari perspektif orang luar maupun dari orang Madura sendiri. Rumusan MasalahRumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut1. Bagaimana karakteristik dasar masyarakat Madura?2. Bagaimana sistem sosial masyarakat Madura dengan masyarakat setempatpenduduk sekitar?3. Bagaimana sistem perekonomi masyarakat Madura?4. Bagaimana sistem kekerabatan masyarakat Madura? Tujuan PenelitianAdapun tujuan penyusunan makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat Untuk memahami sistem sosial masyarakat Madura dengan masyarakatsetempat penduduk sekitar .3. Untuk mengetahui sistem perekonomi masyarakat Untuk mengetahui dan memahami tentang sistem kekerabatan Manfaat PenelitianAdapun tujuan penyusunan makalah ini adalah 1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi ilmiahpada kajian tentang studi masyarakat Secara Praktis, penelitian ini diharapkan memberi manfaat melalui analisisyang dipaparkan, serta sebagai sarana penambah wawasan tentangmasyarakat Madura bukan hanya bagi penulis melainkan juga bagimasyarakat IIPEMBAHASAN Karakteristik dasar Masyarakat MaduraBeberapa karakter dasar orang Madura adalah sebagai berikut. Pertama,ejhin secara harfiah berarti sendiri-sendiri merupakan pembawaan dasar orangMadura yang cenderung bersifat individualistis walaupun tidak tersebut sangat menekankan pada rasa ketidaktergantungan dirinyapada orang lain. Peribahasa Madura yang menggambarkan pembawaan ejhinadalah satendhak sapeccak secara harfiah berarti selangkah sekaki. Peribahasatersebut dimaksudkan untuk menyatakan kedekatan dan kejauhan nisbi ukuranikatan kekeluargaan. Jarak antara diri seseorang dengan sepupu satendhak dansaudara kandung sapeccak hampir tidak ada bedanya. Keduanya sama-samadekat sekaligus sama-sama jauh. Ketidak pedulian dan rasaketaktergantungannya yang ekstrem pada anggota sanak keluarga adakalanyadinyatakan dengan peribahasa ta’ abau sendu’ ta’ abau centong secara harfiahberarti tidak berbau senduk tidak berbau centong untuk menunjukkan takberartinya hubungan darah yang ada. Di samping itu juga ada peribahasa lainyang menunjukkan hal yang sama, yaitu oreng dhaddhi taretan, taretandhaddhi oreng secara harfiah orang lain jadi saudara, saudara jadi orang lain.Peribahasa tersebut menunjukkan bahwa sanak keluarga bisa juga menjadi“orang luar” sama sekali, apabila terhinggapi perasaan aba’ saaba’ hanyadirinya sendiri sehingga ia akan bersikap odi’ kadhibi’ bersikapindividualistis yang berimplikasi pada sikap tidak perlu memikirkan oranglain. Orang seperti itu akan dikatakan martabbat oreng elanyo’ ba’a sepertiorang terhanyut banjir, sebab ia akan mencari keselamatan dan alur hidupnyasecara prinsipnya pembawaan ejhin ini secara umum akan membentukkarakter orang Madura yang bisa bersikap toleran menghadapi lingkungannyasepanjang hal tersebut tidak mengganggu kepentingan dirinya, baik langsungmaupun tidak langsung. Karakter ini boleh jadi merupakan implikasi langsungdari keadaan geografis tanah Madura yang gersang, sehingga setiap orang Madura berpantang berpangku tangan untuk menyerah pada keadaan yangtidak bersahabat pada hidupnya. Setiap orang Madura dituntut untuk bekerjakeras agar tetap survive tanpa banyak mengeluh dan menggantungkanhidupnya pada orang lain. Pada saat orang Madura berhasil mengatasikesulitan hidupnya, tidak bisa dipungkiri secara psikologis orang Maduraakan beranggapan bahwa itu adalah hasil usaha kerja kerasnya. Ketidaktergantungan pada orang lain dan sikap mandiri secara terus menerus untuksurvive dalam waktu yang relatif lama dengan sendirinya akan membentukkarakter ejhin pada orang lain karakter ejhin tersebut adalah orang Madura memilikipotensi bersikap dan berpendirian bebas tanpa tergantung atau terpengaruhpada lingkungan sekitarnya. Di samping itu orang Madura juga berpotensimemiliki sikap yang teguh tak tergoyahkan pada pilihannya sendiri yangberakar dari sikap mandiri dan tidak tergantung dari orang lain. Sikap ini akanberubah dengan segera manakala ditemukan ada kecenderungan merugikandirinya baik langsung maupun tidak langsung. Orang Madura akan bersikaptoleran, bersahabat jika kepentingan dirinya tidak terusik, dan akan terjadisebaliknya manakala kepentingannya mulai diusik oleh seseorang atausekelompok orang. Apabila hal ini yang terjadi maka orang Madura akanberingsut untuk mulai mengubah sikap teguhnya menjadi sikap-sikap yanglain demi keselamatan kepentingan kaku dan kasar gherra. Karakter orang Madura yang keduaini seperti perumpamaan akanta sa’ar gherrana seperti ijuk arenkekakuannya. Perumpamaan tersebut diduga muncul dari pengamatan orang-orang tua Madura tempo dulu saat lidahnya merasakan kekasaran potonganijuk yang mengotori penganan yang terbuat dari tepung sagu aren yang halusdan lembut. Ibarat ini tepat sekali untuk diterapkan pada seseorang yangdalam bergaul tidak lentur sikapnya, tidak halus perilakunya dan tidak lemahlembut tutur katanya. Oleh karenanya ketika orang Madura berhasil meraihkesuksesan dengan kerja kerasnya dalam mengatasi tantangan alam secaratidak mudah, kemudian secara pelan-pelan akan dihinggapi rasa ketakutan hilangnya kesuksesan tersebut. Perasaan tersebut membuat orang Maduraselalu curiga dan tidak percaya pada orang lain, sehingga segala hal yang telahberhasil diraihnya secara gemilang akan dibelanya secara kaku, bahkannyawapun dipertaruhkan. Perilaku seperti inilah yang kemudian oleh orangluar dinilai kaku dan kasar tetapi memang pembawaan kaku dan kasar tersebutsangat sulit dihilangkan, walaupun yang bersangkutan termasuk kaku dan kasar dalam diri orang Madura berpotensimemunculkan sikap dan perilaku apa adanya yang betul-betul merupakanpengejawantahan isi hatinya. Orang Madura akan bersikap, berkata danberperilaku sesuai dengan apa yang dirasakan dalam hatinya, walaupunterkadang terkesan kurang mempedulikan perasaan orang lain. Di situlahkemudian orang luar Madura melihat dan merasakan sikap dan perilaku yangkaku dan kasar. Sikap, perkataan dan perilaku “apa adanya” juga berpotensimemunculkan sikap negatif berupa konflik. Konflik tersebut bisadimungkinkan terjadi karena adanya pembawaan orang Madura berupa sikap,perkataan dan perilaku kaku dan kasar, seperti yang telah dipaparkan di pembawaan kaku dan kasar tersebut masih ditambah lagipembawaan yang lain, seperti ejhin dan pemberani bangal addhu ada’ jikadirinya berada dalam posisi yang kukuh koko. Keteguhan orang Madura dalam memegangkeyakinan, pendirian, kecondongan hati, pendapat dan juga perkataannyatidak pernah terlepas dari pengamatan orang luar. Pembawaan selalu kokokukuh, teguh dalam bersikap ini selalu muncul terutama dalam keadaansuasana lingkungan yang serba tertib, saat hukum dan peraturan sertaperundangundangan yang berlaku tertegakkan secara mapan. Sejalan denganitu, orang Madura sangat menghormati dan menyenangi orang yang kokooca’na teguh kata-katanya karena akan ekenneng talee cacana dapat diikatperkataannya, dengan kata lain dapat dipercaya kata-katanya. Oleh karena ituorang tidak perlu lagi acaca dukale berkata dua kali sebab kesimpulan pembicaraannya tidak akan berubah. Perkataan itu hendaklah bukan sesuatuyang diucapkan oleh seseorang yang acaca duwa’ “bercabang lidahnya”,tetapi merupakan kata-kata seorang ksatria, agar dapat dipercaya kaitannya dengan sifat seseorang yang harus bisa etegghu’ jhanjhina dapatdipegang janjinya.Pembawaan kukuh yang disandang orang Madura tersebut dalamperspektif yang lebih luas berpotensi mengantarkan orang Madura untukselalu loyal pada pekerjaan, setia pada atasan atau juga patuh pada sistem danpranata yang ada. Kepatuh-taatan orang Madura, seperti pako ngenneng kakaju paku menancap di sebatang kayu. Akan tetapi, ada satu hal yang tidakboleh dilupakan, yaitu pimpinan kelompok yang mampu menyihir danmengomando anggota kelompoknya. Dalam masyarakat Madura pimpinankelompok biasanya dipegang oleh para kyai, para kepala desa klebun danpara blater pimpinan kelompok di dunia hitam.Orang Madura yang berada dalam posisi sebagai anggota dalam suatukelompok tertentu akan memberikan sikap loyal yang luar biasa padakelompoknya masing-masing manakala ada “jaminan” baik bersifatekonomis, psikologis maupun “religius” dari para pimpinannya. Jaminanekonomis mengarah pada proses terciptanya suasana kehidupan yangberaroma kemakmuran, sedangkan jaminan psikologis lebih mengarah padaikatan “kekeluargaan” dalam satu kelompok dengan visi dan misi yang sama,senasib dan seperjuangan. Pada aspek “religius” sebenarnya memilikipengertian adanya spirit yang sama untuk memperjuangkan, memajukan danmengembangkan kelompoknya demi keuntungan bersama. Hal-hal sepertiitulah yang mampu melahirkan sikap, perkataan dan perilaku orang Madurauntuk selalu loyal pada pekerjaan, keyakinan dan atasannya. Keempat, saduhuna apa adanya. Lingkungan sekitar, sumber dayaalam, produk seni budaya, kosakata bahasa, harta benda, dan segala sesuatuyang mengelilingi keseharian orang Madura dapat dikatakan serbakekurangan dan miskin variasi. Dengan pembawaan saduhuna inilah orangMadura tidak takut addhu terrang bersikap jujur, dan selalu berkata seadanya untuk menyampaikan segala sesuatu tanpa peduli siapa pun yangberada di hadapannya. Orang Madura juga sangat yakin bahwa oreng jhujhurmate ngonjhur orang jujur mati di tempat tidur dengan sempurna. Orangyang jujur amat dipercaya paling mujur dan sangat berbahagia saduhuna ini berpotensi menciptakan situasi lingkungandimana orang Madura hidup dengan kejujuran dalam bersikap, berkata-katadan berperilaku. Potensi saduhuna ini menyebabkan orang Madura dalam halsikap, perkataan, dan perilakunya tidak berbasa-basi dalam merespons setiapfenomena kehidupan yang tidak disenangi atau sesuatu yang diyakini. Sistem Sosial Masyarakat Madura Seringkali gambaran tentang masyarakat madura yang diberikan olehorang luar bernuansa atau bersifat sangat negatif. Masyarakat etnis lain selalumenggambarkan masyarakat madura sebagai kelompok orang-orang yangkeras, kasar, temprament, mudah tersinggung, dan tidak toleran terhadaporang yang sebenarnya dapat dikatakan identik dengan islam,meskipun tidak semua penduduk memeluk agama islam. Meskipun tidaksemua penduduknya memeluk agama islam, tetapi citra “masyarakat santri”menjadi bagian dari identitas etnis madura. Menjadi haji misalnya, merupakanimpian setiap orang madura, dan mereka akan berusaha keras untukmewujudkannya. Seolah-olah “kesempurnaan hidup” telah dapat dilampauijika bisa mengunjungi tanah suci Mekkah untuk melaksanakan ibadah “masyarakat santri” juga ditujukkan dalam segi bangunanfisik. Hampir setiap rumah orang madura, di ujung barat halaman, pastidibangun langgar atau musholla sebagai tempat keluarga melakukan lokasi bangunan ibadah yang berada di ujung barat halaman inidimaksudkan sebagai simbolisasi lokasi Ka’bah yang merupakan kiblat bagiorang islam ketika melakukan sholat. Tidaklah mengherankan jikakeseluruhan bangunan hidup dan kehidupan masyarakatnya tidak dapatdilepaskan dari kultur keagamaannya yang teramat khas tersebut. Sehingga kalau diamati tentang aktivitas orang Madura, khususnya dalam keagamaan,terlihat berbeda dari kacamata umum yang memandang orang Madura satu tradisi yang amat penting bagi masyarakat madura adalahandhap-ashor kesopanan yang harus dijunjung tinggi. Karena bagi orangmadura kesopanan adalah nilai-nilai dalam kehidupan. Pentingnya nilaikesopanan ini nampak dari ungkapan ta’tao batona langger atau ta’taopadhuna langger tidak pernah mengenyam sekolah atau pendidikan agama.Maksudnya, orang tersebut belum pernah masuk langgar dan mangaji ataubelum pernah mondok di pesantren, sehingga tidak tahu tatakrama ini untuk orang yang tidak tahu atau melanggar lain yang memberikan nasehat dan ajaran tentang keharusanbersopan-santun adalah pa taoh a lakoh la konah la koneh, pa taohnengenneng, ben pa taoh a ca ca harus tahu saatnya berperilaku, harus tahudimana tempatnya, dan harus tahu berbicara. Pentingnya seseorangberperilaku yang baik nampak dalam ucapan yang sering dinasehatkan orangmadura kepada anaknya, oreng begus ariya benni e nilai deri gentheng otaberaddhin robena, tape deri tatakrmana otabe tengkalakona. Sanajjen begusropana tape tatakramana jube’, tade’ argena. orang baik itu buka dinilai darirupa yang ganteng atau cantik, tetapi dilihat dari tingkahlakunya. Meskipunorang itu rupawan tetapi tidak punya tatakraman kesopanan, orang itu tidakada harga dirinya. Hal ini bermakna bahwa orang madura harus selalu tahuaturan, nilai, dan tatakrama dalam setiap tindakan atau perilaku. Selain itu,setiap kewajiban harus dilaksanakan dengan mendasarkan pada aturan-aturantatakrama yang utama dari nilai-nilai kesopanan adalah penghormatan orangmadura kepada orang lain, terutama yang lebih tua. Nilai-nilai kesopanan inimengatur hubungan antargenerasi, jenis kelamin, pangkat, dan posisi sosialmasyarakat madura sangat mengutamakan penghormatan dan pengahargaan,apalagi kepada yang lebih tua atau yang mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi, sehingga menjadikan nilai-nilai kesopanan menjadi sangatpenting sekali dalam kehidupan tentang agama bagi masyarakat madura adalah identikdengan islam. Islam sangat meresap dan mewarnai pada pola kehidupanmasyarakat. Islam merupakan hal suci yang harus dibela dan pentingnya nilai-nilai agama terungkap dari ajaran abental syahedet,asapo’ angin, apajung Allah. Artinya, masyarakat madura sangat madura tergolong pemeluk islam yang taat. Demikian lekatnyaislam pada masyarakat madura, sehingga akan terdengar aneh apabila adaorang madura yang tidak beragama keagamaan yang seringkali digunakan adalah kiyai. Itulahyang menyebabkan lapisan atas pada strtifikasi sosial ditempati oleh parakiyai. Mereka bukan hanya sebagai pemuka agama namun juga sebagaipemimpin masyarakat. Para kiyai dipandang memiliki kendali legitimasi danotoritas kharismatis, sehingga buah pikirannya mudah sekali untuk yang disandang para kiyai adalah bersifat polymorpie atauberpengaruh penting dalam beberapa bidang sekaligus. Bukan hanya dalambidang keagamaan, melainkan juga dalam kegiatan sosial, bahkan juga yang diberikan masyarakat kepada kiyai sangat besar dianggap sebagai personifikasi yang luas pengetahuannya tentang agamaislam, pembangkit inspirasi dan aspirasi, pembentuk kebijakan yang arif,bahkan dituntut kesanggupannya menjadi seorang politikus yang cerdik. Ciridasar kehidupan sosial budaya tersebut merupakan ciri orang dan masyarakatmadura secara keseluruhan, tak terkecuali orang atau masyarakat etnis madurayang di rantau atauoun yang bertempat tinggal di luar pulau Sistem Ekonomi Masyarakat MaduraSuku Madura merupakan salah satu daerah miskin yang ada di JawaTimur, sehingga kesempatan ekonomi masyarakat Madura sangatlah itulah yang membuat masyarakat Madura dijuluki sebagai masyarakatyang penduduknya banyak merantau, hal itu dikarenakan keadaan wilayahnyayang tidak cukup baik. Tidak jauh bedanya dengan jawa, masyarakat madura yang masihtinggal di tanah kelahiran madura banyak yang menyandarkan kehidupanekonominya dengan mempertahankan tradisi nenek moyang yaitu padapertanian, berkebun, nelayan, berdagang, dan mengangkap ikan. Namun kondisi geografis dan topografis hidraulis dan lahan pertaniantadah hujan yang cenderung tandus sehingga mereka lebih banyak melautsebagai mata pencaharian utamanya. Madura juga dikenal sebagai negerigaram, karena Madura merupakan pemasok, penghasil, dan pengekspor garamterbesar. Selain itu walaupun kondisi tanah Madura tidaklah sesubur di tanahJawa lainnya, namun kondisi tanah tersebut sangat membantumembudidayakan tanaman tembakau dan itu menjadikan Madura sebagaiprodusen penting tembakau dan cengkeh untuk industry kretek domestik yangadaMasyarakat madura pendidikan umumnya masih terbilang rendah olehkarenanya mereka mencoba mengadu nasib pada bidang pekerjaan informalkhususnya perdagangan dan jasa. Masyarakat yang tidak tertampung untukmendapat kerja serta didorong oleh motivasi lain kemudian imigrasi ke luarpulau atau merantau. Itulah sebabnya tingkat mobilitas orang-orang maduracukup tinggi. Mencari alternatif pekerjaan di luar pulau madura banyakdilakukan oleh masyarakat setempat. Masyarakat tidak hanya pergi ke pulaujawa, sumatera, kalinmantan, sulawesi, papua, melainkan juga menjadi TKIdan TKW di luar negeri. Dengan harapan dan tujuan untuk memperbaikitingkat pendapatan atau penghasilan. Arab saudi menjadi pilihan utama,karena negara itu dipilih sebab selain mendapatkan uang, mereka juga bisamelaksanakan Sistem Kekerabatan Masyarakat MaduraIkatan kekerabatan dalam masyarakat Madura terbentuk melaluiketurunan-keturunan, baik dari keluarga berdasarkan garis keturunan ayahmaupun garis ibu paternal and maternal pada umumnya ikatankekerabatan antar sesama anggota keluarga lebih erat dari garis keturunan ayah sehingga cenderung “mendominasi”. Penyebutan untuk masing-masingindividu dari suatu ikatan keluarga berbeda antara satu genetasi dengangenerasi yang ada sistem kekerabatan masyarakat Madura dikenal tiga kategorisanak keluarga kin’s men, yaitu taretan dalem kerabat inti atau core kin,taretan semma’ kerabat dekat atau close kin dan taretan jhau kerabat jauhatau perpheral kin. Diluar tiga kategori ini disebut oreng lowar orang luaratau “bukan saudara”. Dalam kenyataan, meskipun seseoranag sudahdianggap sebagai oreng lowar, bisa jadi hubungan persaudaraan lebih akrabdari keluarga inti, dekat atau jauh, misalnya karena ada ikatan perkawinanatau kin antar sesama kerabat dijaga agar tetap kuat, biasanyadilakukan dengan aktivitas-aktivitas sosial, seperti saling mengunjungi baikdalam suasana suka pertunangan, pernikahan maupun duka sakit, kematiandan terkena musibah. Bahkan untuk menjaga kekerabatan dan menjalinkembali ikatan kekerabatan yang dianggap telah mulai longgar atau hamperputus karena proses perjalanan waktu, orang Madura mempunyai kebiasaanmelakukan pernikahan antar anggota keluarga kin group endogamy.Kebiasaan yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan tampaknya telahberlangsung sejak zaman kerajaan, yaitu sekitar abad ke-13. KebudayaanMadura mengenal juga pernikahan yang harus dihindari, yaitu antara anakdari ssaudara laki-laki sekandung sepupu yang disebut arompak balli atautempor balli. Menurut kepercayaan masyarakat Madura, jika pernikahan tersebutdilangsungkan maka akan membawa malapetaka bagi yang antar anggota keluarga yang diyakini tidak membawa malapetakaatau justru dapat tetap memelihara, mempertahankan, dan melestarikanhubungan-hubungan keakraban oleh orang Madura disebyt mapolong tolangmengumpulkan tulang yang bercerai-berai. Bagi keluarga kaya, pernikahanini biasanya terselip maksud yang bersifat ekonomi. Artinya, pernikahan antar anggota keluarga dimaksudkan untuk menjaga agar harta kekayaan yangdimiliki tidak jatuh kepada orang lain oreng lowar. [CITATION Hsa \l1033 ]. BAB SimpulanOrang Madura, sebagaimana suku bangsa Indonesia lainnya, dapatditemukan di berbagai wilayah tanah air. Pada umumnya alasan desakanekonomi dan faktor kelangkaan sumber daya alam, yang mendorong orang-orang dari berbagai suku bangsa ini harus tinggal di rantau. Sesungguhnyaorang Madura termasuk kategori suku bangsa Jawa juga, meskipun agakberbeda dengan suku bangsa Jawa lainnya. Beberapa karakter dasar orangMadura adalah ejhin secara harfiah berarti sendiri-sendiri, kaku dan kasargherra, kukuh koko, dan saduhuna apa adanya. Salah satu tradisi yangamat penting bagi masyarakat madura adalah andhap-ashor kesopanan yangharus dijunjung tinggi. Simbol keagamaan yang seringkali digunakan adalahkiyai. Itulah yang menyebabkan lapisan atas pada strtifikasi sosial ditempatioleh para kiyai. Suku Madura merupakan salah satu daerah miskin yang ada diJawa Timur, Pendidikan masyarakat madura umumnya masih terbilang sistem kekerabatan masyarakat Madura dikenal tiga kategori sanakkeluarga kin’s men, yaitu taretan dalem kerabat inti atau core kin, taretansemma’ kerabat dekat atau close kin dan taretan jhau kerabat jauh atauperpheral kin. Diluar tiga kategori ini disebut oreng lowar orang luar atau“bukan saudara”. SaranDengan adanya makalah ini, penulis berharap agar penulis danmasyarakat lain yang membaca makalah ini dapat mempelajari dan memahamitentang sistem kemasyarakatan yang ada pada masyarakat Madura. DAFTAR PUSTAKAH. Cahyono. 2019. Model mediasi Penal Dalam Penanggulangan KonflikKekerasan Carok Masyarakat Madura Berdasarkan Local A. Rifai. 2007. Manusia Madura pembawaan, perilaku, etos kerja,penampilan, dan pandangan hidupnya seperti dicitrakan bahasanya. JakartaPilar Syamsuddin. 2015, September 13. Agama, Migrasi dan Orang from http// Totok. 2012. Orang Madura Suatu Tinjauan Antropologis. JurnalHumanus Universitas Negeri Semarang Vol. XI Th. 2012Hidayat, Ainurrahman. 2009. Karakter Orang Madura Dan Falsafah Politik KASRSA STAIN PamekasanElly Touwen-Bouwsa. 1989. Kekerasa di Masyarakat Madura. dala Huub de Jogeed, Agama, Kebudayaan, dan Ekonomi Studi-Studi Interdisipliner TentangMasyarakat Madura, Jakarta Rajawali Pers, 1989, Sulaiman. 2010. Kearifan Lokal Madura. Malang Diknas Jatim ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
KONFLIK ETNIS MAKALAH Diajukan Guna Memenuhi Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar ISBD Pada Program Study Mata KuliahUmum MKU Universitas Jember Oleh 1. NurmaniaIrmala Sari 131810201004 2. SilfianaPuspita Sari 131810201030 3. ImamaSitiMutmainah 131810201032 4. ZilmiKaffah 131810201040 Fakultas Matematika Dan Ilmu pengetahuan Alam UNIVERSITAS JEMBER Tahun 2014 DAFTAR ISI COVER…........................................................................................................ i DAFTAR ISI....................................................................................................ii PENDAHULUAN Latar Belakang............................................................................... 1 Rumusan Masalah......................................................................... 2 Tujuan dan Manfaat..................................................................... 2 PEMBAHASAN Pengertian Konflik Etnis.............................................................. 3 Penyebab Konflik antar Etnis..................................................... 4 Dampak dari Konflik antar Etnis............................................... 5 Solusi dari Penyebab Konflik antar Etnis.................................. 6 Contoh Konflik Etnis Di Indonesia............................................. 8 PENUTUP Kesimpulan................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 11 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara bangsa nation-state yang sangat majemuk dilihat dari berbagai satu dimensi menonjol dari kemajemukan itu adalah keragaman etnis atau suku bangsa. Dengan mengacu pada data di Direktorat Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, mencatat bahwa di Indonesia saat ini terdapat 525 kelompok etnis. Dalam sejarahnya, kelompok etnis tertentu biasanya mendiami atau tinggal di sebuah pulau, sehingga sebuah pulau di wilayah nusantara sering kali identik dengan etnis tertentu. Pulau Kalimantan, misalnya, identik dengan etnik Dayak walau di dalamnya terdapat sekian banyak subetnik, dan karena itu konsep Dayak sesungguhnya hanyalah semacam sebutan umum untuk penduduk asli Kalimantan. Meskipun begitu, hubungan antara etnis yang satu dengan etnis yang lain telah berlangsung cukup lama seiring dengan terjadinya mobilitas penduduk antarpulau, kendati pun masih terbatas antarpulau tertentu yang letak wilayahnya strategis untuk urusan perniagaan. Dalam kehidupan masyarakat terdapat beragam adat istiadat, dan kepentingan sehingga sering terjadi pertikaian. Pertikaian yang berupa konflik disebabkan adanya perbedaan. Hal tersebut akan berdampak dalam kehidupan masyarakat baik aspek sosial, budaya, hukum, ekonomi, maupun kependudukkan. Kehidupan manusia di bumi baik secara sendiri-sendiri individu maupun kelompok berbeda-beda. Apabila perbedaan – perbedaan yang ada dipertajam akan timbul pertentangan atau konflik. Konflik pada dasarnya merupakan fenomena dan pengalaman alamiah. Dalam bentuk ekstrem, berlangsungnya konflik tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Akan tetapi, juga bertujuan pada taraf pembinasaan eksistensi lawan. Konflik merupakan bagian yang akan selalu ada dalam masyarakat. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan berakhirnya eksistensi suatu masyarakat. Jadi, dapat dikatakan sebenarnya konflik bukanlah masalah yang terlalu dikhawatirkan selama kita pahami tentang penyebab dan cara mengendalikannya. Diantara semua jenis konflik, yang paling berbahaya adalah konflik antar etnis. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam hal ini adalah a. Apa penyebab dari konflik antar etnis? b. Apa dampak dari konflik antar etnis? c. Bagaimana solusi dari konflik antar etnis? Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dalam hal ini adalah a. Penyebab konflik antar etnis. b. Dampak dari konflik antar etnis. c. Solusi dari konflik antar etnis. Adapun manfaat dalam hal ini adalah a. Mengetahui penyebab konflik antar etnis. b. Mengetahui dampak dari konflik antar etnis. c. Mengetahui solusi dari konflik antar etnis. BAB 2 PEMBAHASAN Pengertian Konflik Etnis Pengertian etnis atau suku adalah suatu kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan yang lain berdasarkan akar dan identitas kebudayaan, terutama bahasa. Dengan kata lain etnis adalah kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas tadi sering kali dikuatkan oleh kesatuan bahasa Koentjaraningrat, 2007. Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa etnis ditentukan oleh adanya kesadaran kelompok, pengakuan akan kesatuan kebudayaan dan juga persamaan mungkin mencakup dari warna kulit sampai asal ususl acuan kepercayaan, status kelompok minoritas, kelas stratafikasi, keanggotaan politik bahkan program belajar. Menurut Brown, kata konflik etnis’ seringkali digunakan secara fleksibel. Bahkan, dalam beberapa penggunaannya, kata ini justru digunakan untuk menggambarkan jenis konflik yang sama sekali tidak mempunya basis etnis. hal. 81 Contohnya adalah konflik di pihak mengkategorikan konflik yang terjadi di Somalia sebagai konflik Somalia adalah negara paling homogen dalam hal etnisitas di Afrika. Konflik di Somalia terjadi bukan karena pertentangan antar etnis, melainkan karena pertentangan antara penguasa lokal satu dengan penguasa lokal lainnya, yang keduanya berasal dari etnis yang sama. Disini jelas diperlukan suatu definisi yang cukup spesifik tentang apa yang dimaksud dengan konflik etnis. Menurut Anthony Smith, komunitas etnis adalah suatu konsep yang digunakan untuk menggambarkan sekumpulan manusia yang memiliki nenek moyang yang sama, ingatan sosial yang sama Wattimena, 2008, dan beberapa elemen kultural. Elemen-elemen kultural itu adalah keterkaitan dengan tempat tertentu, dan memiliki sejarah yang kurang lebih sama. Kedua hal ini biasanya menjadi ukuran bagi solidaritas dari suatu. Penyebab Konflik antar Etnis Indonesia mencatat puluhan bahkan ratusan perselisihan antar kelompok etnik sejak demikian hanya beberapa yang berskala luas dan besar. Selain konflik antara etnik-etnik yang digolongkan asli Indonesia dengan etnis Cina yang laten terjadi, konflik antar etnik yang terbesar diantaranya melibatkan etnik Madura dengan Etnik Dayak di Kalimantan yang terkenal dengan tragedi Sambas dan tragedi Sampit. Konflik-konflik dalam skala lebih kecil terjadi hampir setiap tahun di berbagai tempat di penjuru tanah air. Tentunya sebagaimana konflik lain, mencari akar penyebab konflik antar etnik merupakan kunci dalam upaya meredam konflik dan mencegah terulangnya kembali konflik serupa. Berbagai perspektif telah memberikan pandangannya, baik itu perspektif politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, hukum, dan sebab konflik telah pula satu sebab yang sering ditemukan dalam konflik antar etnik adalah prasangka antar etnik. Dalam bagian ini akan diketengahkan bagaimana peranan prasangka dalam konflik antar etnik. Konflik bisa disebabkan oleh suatu sebab tetapi jauh lebih sering konflik terjadi karena berbagai sebab sekaligus. Kadangkala antara sebab yang satu dengan yang lain tumpang tindih sehingga sulit menentukan mana sebenarnya penyebab konflik yang utama. Faturochman 2003 menyebutkan setidaknya ada enam hal yang biasa melatarbelakangi terjadinya konflik, 1. Kepentingan yang sama diantara beberapa pihak, 2. Perebutan sumber daya 3. Sumber daya yang terbatas, 4. Kategori atau identitas yang berbeda 5. Prasangka atau diskriminasi 6. Ketidakjelasan aturan ketidakadilan. Sementara itu, Sukamdi 2002 menyebutkan bahwa konflik antar etnik di Indonesia terdiri dari tiga sebab utama 1. konflik muncul karena ada benturan budaya, 2. karena masalah ekonomi-politik 3. karena kesenjangan ekonomi sehingga timbul kesenjangan sosial. Menurutnya konflik terbuka dengan kelompok etnis lain hanyalah merupakan bentuk perlawanan terhadap struktur ekonomi-politik yang menghimpit mereka sehingga dapat terjadi konflik diantara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan identitas sosial, dalam hal ini etnik dan budaya khasnya, seringkali menimbulkan etnosentrisme yang kaku, dimana seseorang tidak mampu keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya. Sikap etnosentrisme yang kaku ini sangat berperan dalam menciptakan konflik karena ketidakmampuan orang-orang untuk memahami perbedaan. Sebagai tambahan, pengidentifikasian kuat seseorang terhadap kelompok cenderung akan menyebabkan seseorang lebih berprasangka, yang akan menjadi konflik. Dampak dari Konflik antar Etnis Konflik dapat berdampak positif dan juga negatif. Dampak positif dari konflik menurut Ralf Dahrendorf yaitu perubahan seluruh personel di dalam posisi dominasi. Kedua, perubahan keseluruhan personel di dalam posisi dominasi dan ketiga, digabungnya kepentingan-kepentingan kelas subordinat dalam kebijaksanaan pihak yang berkuasa. Sedangkan menurut Lewis Coser adalah fungsi konflik yang positif mungkin paling jelas dalam dinamika ingroup versus outgroup. Kekuatan solidaritas internal dan integrasi ingroup bertambah tinggi karena tinggkat permusuhan atau konflik dalam outgroup bertambah besar. Sedangkan dampak negatif dari konflik yaitu keretakkan hubungan antarindividu dan persatuan kelompok, kerusakkan harta benda benda dan hilangnya nyawa manusia, berubahnya kepribadian para individu, dan munculnya dominasi kelompok pemenang. Solusi dari Konflik Etnis Dalam mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan intervensi pihak ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik yang muncul. Penyelesaian persoalan dengan pemaksaan sepihak oleh pihak yang merasa lebih kuat, apalagi apabila di sini digunakan tindakan kekerasan fisik, bukanlah cara yang demokratik dan beradab. Inilah yang dinamakan “main hakim sendiri”, yang hanya menyebabkan terjadinya bentrokan yang destruktif. Cara yang lebih demokratik demi tercegahnya perpecahan, dan penindasan atas yang lemah oleh yang lebih kuat, adalah cara penyelesaian yang berangkat dari niat untuk take a little and give a little, didasari itikat baik untuk berkompromi. Musyawarah untuk mupakat, yang ditempuh dan dicapai lewat negosiasi atau mediasi, atau lewat proses yudisial dengan merujuk ke kaidah perundang-undangan yang telah disepakati pada tingkat nasional, adalah cara yang baik pula untuk mentoleransi terjadinya konflik, namun konflik yang tetap dapat dikontrol dan diatasi lewat mekanisme yang akan mencegah terjadinya akibat yang merugikan kelestarian kehidupan yang tenteram. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk penyelesaian konflik tersebut, yaitu 1. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga dalam hal ini pemerintah dan aparat penegak hukum yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak dengan memberikan sanksi yang tegas apabila. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. 2. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. 3. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama.. 4. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur . 5. Adjudication ajudikasi, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan dengan mengutamakan sisi keadilan dan tidak memihak kepada siapapun. Untuk mengurangi kasus konflik sosial diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif dan berhasil, diperlukan pula tatanan, perangkat dan kebijakan yang tepat guna memperkukuh integrasi nasional antara lain a. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu. b. Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun consensus. c. Membangun kelembagaan pranata yang berakarkan nilai dan norma yang menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa. d. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah. e. Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan yang arif dan bijaksana, serta efektif. Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah a. Aspek kualitas warga sukubangsa Perlunya diberikan pemahaman dan pembinaan mental secara konsisten dan berkesinambungan terhadap para warga sukubangsa di Indonesia terhadap eksistensi Bhinneka Tunggal Ika sebagai faktor pemersatu keanekaragaman di Indonesia, bukan sebagai faktor pemicu perpecahan atau konflik. Perlunya diberikan pemahaman kepada para pihak yang terlibat konflik untuk meniadakan stereotip dan prasangka yang ada pada kedua belah pihak dengan cara memberikan pengakuan bahwa masing-masing pihak adalah sederajat dan melalui kesederajatan tersebut masing-masing anggota sukubangsa berupaya untuk saling memahami perbedaan yang mereka punyai serta menaati berbagai norma dan hukum yang berlaku di dalam masyarakat. Adanya kesediaan dari kedua belah pihak yang terlibat konflik untuk saling memaafkan dan melupakan peristiwa yang telah terjadi. b. Penerapan model Polmas secara sinkron dengan model Patron-Klien. Terjadinya perdamaian pada konflik antar sukubangsa yang telah terwujud dalam sebuah konflik fisik tidaklah mudah sehingga perlu adanya campur tangan pihak ketiga yang memiliki kapabilitas sebagai orang atau badan organisasi yang dihormati dan dipercaya kesungguhan hatinya serta ketidakberpihakannya terhadap kedua belah pihak yang terlibat konflik. Peran selaku pihak ketiga dimaksud dapat dilakukan oleh Polri sebagai ”juru damai” dalam rangka mewujudkan situasi yang kondusif dalam hubungan antar sukubangsa dengan memberi kesempatan terjadinya perdamaian dimaksud seiring berjalannya proses penyidikan yang dilandasi pemikiran pencapaian hasil yang lebih penting dari sekedar proses penegakkan hukum berupa keharmonisan hubungan antar sukubangsa yang berkesinambungan. Dalam hal ini, Polri dapat menerapkan metode Polmas dengan melibatkan para tokoh dari masing-masing suku bangsa Ambon dan Flores yang merupakan Patron dari kedua belah pihak yang terlibat konflik yang tujuannya adalah agar permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan secara arif dan bijaksana oleh, dari dan untuk kedua sukubangsa dimaksud termasuk dalam hal menghadapi permasalahan- permasalahan lainnya di waktu yang akan dating . Contoh Konflik Etnis Di Indonesia Salah satu contoh konflik etnis yang terjadi di Indonesia adalah Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas. Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan. Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura. Skala pembantaian membuat militer dan polisi sulit mengontrol situasi di Kalimantan bantuan dikirim untuk membantu pasukan yang sudah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakang serangan yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil meminta pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan, namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun. BAB 3 PENUTUP Kesimpulan Apapun juga prosedur dan mekanisme yang dibangun untuk mengantisipasi dan mengatasi konflik, dan betapapun efektifnya berdasarkan rancangannya, semua itu akan sia-sia saja manakala para warga tidak hendak mentransformasi dirinya menjadi insan-insan yang berorientasi inklusivisme. Berkepribadian sebagai eksklusivis, warga tidak hendak menyatukan dirinya, bahkan ia besikap konfrontatif dengan pihak lain. Bersikap konfrontatif, ujung akhir penyelesaian konflik yang dibayangkan hanyalah “menang atau kalah”, dan bahwa the winner will takes all serta pula bahwa to the winner the spoil. Matinya yang kalah akan menjadi rotinya sang pemenang, iemands dood, iemands brood. Apabila konflik yang terjadi berlangsung pada model yang demikian ini, akibat yang serius mestilah diredam atau dilokalisasi dengan mencegah untuk menjadi terbatas hanya berkenaan dengan pihak-pihak yang berselisih saja, yang “pertarungannya” dan “perampasan harta kemenangan” akan diatur berdasarkan aturan-aturan permainan yang telah ditetapkan bersama misalnya aturan perundang-undangan yang telah dimengerti dan disosialisasikan. DAFTAR PUSTAKA Darmanik, Fritz Hotman Sosiologi untuk SMA/MA. Klaten Intan Pariwara Kompetensi Dasar Sosiologi 2. Solo Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
makalah tentang konflik sosial masyarakat pertanian